Presiden diktator Yaman Ali Abdullah Saleh mengungkapkan rasa 'syukur' kepada AS dan Arab Saudi karena telah mendukung rezimnya, pada saat pasukannya menewaskan 100 pengunjuk rasa dalam lima hari terakhir, Press TV melaporkan.
Saleh menyalahkan kekerasan di Yaman tentang apa yang disebut adanya "sabotase," dan ia menyerukan untuk mengakhiri kerusuhan di negara Arab tersebut.
Dia membuat pernyataan tersebut dalam pidato televisi di ibukota Sana'a, yang disiarkan pada hari Minggu kemarin (25/9).
Pidato ini datang pada saat tentara rezim Yaman menewaskan 100 orang dan melukai lebih dari 1.000 lainnya selama lima hari terakhir.
Dalam aksi kekerasan terbaru, pasukan Yaman membunuh dua pejuang suku dan melukai 18 demonstran anti-rezim di Sana'a pada hari Minggu kemarin.
Di tempat lain di ibukota, pasukan rezim menggunakan peluru tajam melawan pengunjuk rasa anti pemerintah yang menyerukan penggulingan Saleh.
Tiga orang juga tewas dan tiga lainnya terluka dalam bentrokan di kota selatan Taizz pada hari Minggu.
Ratusan ribu warga Yaman terus menyerukan Saleh untuk meninggalkan negara itu.
Saleh sendiri kembali dari Arab Saudi pada tanggal 23 September lalu setelah menerima perawatan untuk luka yang dideritanya dalam serangan terhadap istana presiden pada bulan Juni.
Menurut laporan setempat, ratusan warga Yaman tewas dan ribuan lainnya terluka sejak dimulainya pemberontakan rakyat melawan rezim Saleh yang didukung AS pada akhir Januari. (fq/prtv)