Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan hari Minggu kemarin (25/9)menyatakan bahwa hubungan "rusak" negaranya dengan Israel hanya dapat diperbaiki jika Israel menghentikan pemblokiran armada bantuan ke Gaza dan mengakhiri embargo di Gaza.
Erdogan mengatakan Turki sudah sangat sabar dengan Israel - yang sebelumnya dipandang sebagai sekutu - meskipun hubungan yang tegang setelah pasukan Israel menyerbu armada Gaza tahun lalu.
"Saya dapat menyatakan dengan jelas dan terus terang bahwa hubungan antara Israel dan Turki telah dilanggar atas dasar masalah yang sedang diangkat oleh Israel sendiri, yang dimulai ketika armada bantuan kemanusiaan mencoba untuk mencapai Gaza. Di mana aktivis dari 33 negara yang berbeda diserang baik dari laut dan udara," kata Erdogan kepada CNN.
"Kami telah sangat sabar. Kami menuntut mereka minta maaf, membayar kompensasi dan menghilangkan embargo di Gaza sekali dan untuk selamanya," katanya menegaskan.
"Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, hubungan antara Turki dan Israel tidak akan pernah menjadi normal kembali."
Dia mengulangi pernyataan sebelumnya bahwa sebuah kapal perang Turki bisa dikirim untuk melindungi pengiriman bantuan ke Gaza di masa depan.
"Dalam situasi ini ... demokrasi, hak asasi dan kebebasan harus dipertahankan," kata Erdogan, yang memperingatkan bahwa Israel mengambil risiko isolasi yag meningkat.
"Jika Anda bersikeras menciptakan sumber kerusuhan, Anda terikat untuk menjadi sendiri dan kesepian," kata pemimpin Turki tersebut.
"Mereka dulu menjadi teman baik kami, (tapi) kesendirian adalah nasib Israel dalam situasi seperti ini. Israel akan sendirian di kawasan itu."
Erdogan membuat referensi untuk bentrokan pada 31 Mei tahun lalu ketika pasukan Israel naik ke armada enam kapal di perairan internasional dalam upaya untuk menghentikan kapal menuju ke Gaza.(fq/afp)