View Full Version
Kamis, 29 Sep 2011

''Misionaris'' Dakwahi Yahudi di Yerusalem untuk Masuk Islam

Dalam upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya, sekelompok umat muslim melintasi batas-batas tanah suci Yerusalem dari budaya, keyakinan dan politik untuk membawa Islam kepada orang-orang Yahudi Israel - dengan harapan ada beberapa dari mereka (kaum Yahudi) yang bersedia untuk meninggalkan agama sesat mereka untuk masuk Islam.

Para pria berjenggot 'misionaris' Islam tersebut melakukan pendekatan terhadap warga Yahudi di dan sekitar Kota Tua Yerusalem dan mencoba mendakwahi mereka dengan menggunakan bahasa Ibrani yang sopan dan lancar, sebagai upaya mengkonversi mereka menjadi Islam.

"Saya harus memberitahu Anda tentang iman yang benar," kata seorang misionaris Islam di sebuah plaza batu di luar Kota Tua Yerusalem. Dia membawa ransel penuh pamflet tentang Islam dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Ibrani. "Anda dapat melakukannya dengan apa yang Anda inginkan. Tapi mendakwahi Anda tentang Islam adalah tugas kami."

Kebanyakan orang Yahudi, yang ia dakwahi hanya pergi dan terus berjalan.

Salah seorang misionaris Islam tersebut adalah seorang programmer komputer yang dididik di sebuah perguruan tinggi Israel, ia memakai jenggot, celana longgar dan kemeja panjang khas Muslim dan dikenal sebagai kaum Salafi. Dia menyebut namanya hanya sebagai Abu Hassan.

Belum ada tanda-tanda upaya dakwahnya bersama teman-temannya tersebut telah bertemu dengan kesuksesan. Hanya sekitar selusin Muslim yang terlibat dalam aksi 'berani' mereka tersebut. Karena menurut laporan sebagian besar segelintir orang Yahudi yang masuk Islam disebabkan menikahi pria muslim, bukan dari dakwah. Namun, tindakan penyebaran Islam dalam bahasa Ibrani yang mendalam, mencerminkan keyakinan yang mencolok pada beberapa Muslim yang merupakan anggota minoritas Arab Israel.

Hal ini juga mencerminkan pengaruh tren Islam 'konservatif' yang menekankan penyebaran agama, yang ditularkan melalui forum web dan saluran satelit dari Eropa, Asia dan Timur Tengah.

Abu Hassan mengatakan bahwa dalam beberapa tahun konflik dengan Israel, umat Muslim yang diperangi dan marah telah mengabaikan tanggung jawab mereka untuk memberitakan iman mereka untuk diyakini, termasuk kepada kaum Yahudi.

"Muslim tidak melakukan pembicaraan, dan orang Yahudi tidak mau mendengarkan. Namun Yahudi juga perlu mendengarkan kebenaran Islam," katanya.

Yitzhak Reiter, seorang profesor di Pusat Studi Yerusalem untuk Israel, mengatakan ia tidak melihat sesuatu yang serupa dalam 30 tahun mempelajari Islam lokal yang ada di Yerusalem. "Ini adalah pertama kalinya bahwa seseorang telah mencoba untuk mengkonversi orang-orang Yahudi ke Islam di negara Israel," katanya.

Azzam Khatib, seorang petinggi umat muslim di Yerusalem, mengatakan upaya untuk melakukan dakwah dalam bahasa Ibrani kepada Yahudi bukan merupakan mainstream, tetapi bisa diterima: "Siapapun yang ingin bergabung masuk Islam, mereka disambut baik - tapi tanpa tekanan apapun."

Empat tahun lalu, Abu Hassan mengatakan, seorang Yahudi Israel mendekatinya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang Islam. Pada saat itu, ia kemudian mendistribusikan materi tentang Islam untuk turis asing sekitar Kota Tua.

Abu Hassan menyadari hampir tidak ada literatur Islam bagi misionaris Islam dalam bahasa Ibrani, jadi dia dan beberapa rekannya mengumpulkan buku-buku islam dalam bahasa Ibrani. Sejak itu, katanya, mereka telah didistribusikan beberapa ribu eksemplar buku tentang Islam, khususnya dalam bahasa Ibrani.

Para misionaris Islam ini sangat waspada mengungkapkan informasi pribadi mereka, khawatir adanya pelecehan. Bahkan seseorang telah meng-hack ponsel Abu Hassan, mengubah pesan voice mail ke sebuah suara kutukan berbahasa Ibrani melawan dia dan nabi Muhammad.

"Orang-orang mengutuki saya. Tapi saya melakukan pekerjaan saya. Dan ini adalah pekerjaan saya sebagai seorang Muslim. Saya harus menjelaskan dengan lembut, dan dalam cara yang baik, tentang Allah dan Islam," kata Abu Hassan dengan percaya diri.

Dia menghindari pertanyaan tentang konflik Israel-Palestina, hanya mengatakan bahwa secara historis "waktu terbaik" untuk orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan Islam dan menyarankan perdamaian akan datang jika orang-orang Yahudi menerima Islam.

Abu Hassan dan teman-temannya secara informal terkait dengan sebuah organisasi kecil yang dibentuk tiga tahun yang dikenal sebagai Komite rahmat untuk para mualaf, yang didirikan oleh Emad Younis, ulama karismatik bermata biru pengkhotbah dari utara kota Israel Ara.(fq/ap)


latestnews

View Full Version