View Full Version
Selasa, 11 Oct 2011

Bisnis Makanan dan Produk Halal Mulai Menggeliat di Filipina

Selama ini, komunitas Muslim di Filipina masih kesulitan untuk menemukan makanan atau restoran yang menyediakan makanan halal. Namun, perlahan tapi pasti, industri makanan halal kini mulai menggeliat di Filipina, setelah Menteri Pertanian Proceso J. Alcala menyetujui standar halal nasional untuk produk peternakan dan perikanan di negeri yang mayoritas penduduknya memeluk Katolik itu.

Penetapan standar makanan halal melibatkan para ulama dan pakar makanan dan pakar hukum syariah. Mereka diberi mandat untuk menyusun aturan tentang makanan halal sesuai ajaran Islam. Standar halal itu meliputi standar halal untuk produk agrikultur dan perikanan (makanan halal), standar halal dalam proses pemotongan hewan ternak dan standar halal untuk pemotongan hewan unggas.

Standar halal nasional itu sudah diserahkan ke Biro Standar Produk, Departemen Perdagangan dan Industri Filipina untuk disosialisasikan kepada para pengusaha makanan olahan, para pedagang di pasar-pasar dan semua pihak yang berkepentingan untuk memahami adanya standar halal tersebut.

Direktor Biro Perikanan dan Sumber Daya Perairan, Sani Macabalang mengatakan, perputaran uang di di pasar global produk halal setiap tahunnya mencapai 3 triliun USD. Untuk produk makanan halal saja, nilainya mencapai 1,323 triliun dollar.

Jumlah muslim di Filipina saat ini dipekirakan lebih dari 5 juta orang, dan menjadi pasar potensial bagi industri produk halal di negeri itu. Di ibukota Filipina, Manila, dengan jumlah penduduk 12 juta orang, 800.000 diantaranya adalah muslim. Namun tidak banyak tempat makan atau toko yang menyediakan makanan halal, sehingga pilihan makanan bagi komunitas muslim di Manila sangat terbatas.

Sejumlah pengusaha muslim, salah satunya Melanie Shaheen, membuka restoran halal di Manila. Mualaf asli Filipina itu memulai bisnisnya pada tahun 2003, dengan membuka restoran "Moud's Chicken" di distrik Quiapo, salah satu distrik yang jumlah warga muslimnya terbesar di Manila.

Bersama suaminya--seorang Arab Palestina--Shaheen menyewa sebuah gedung di dekat Masjid Emas--untuk membuka restorannya. Menurut Shaheen, ia membuka restoran bukan semata-mata hanya untuk mencari keuntungan, tapi menyediakan kebutuhan warga Muslim akan makanan halal dengan harga terjangkau. Selama ini, warga muslim hanya punya pilihan restoran Timur Tengah jika ingin memastikan kehalalan makanan yang mereka makan.

Shaheen mengakui, kendala yang ia hadapi adalah mencari daging hewan potong yang halal untuk memenuhi kebutuhan restorannya. Kalaupun ada, ia harus membelinya dengan harga yang lebih mahal. Namun sekarang, restoran Shaheen makin berkembang. Ia sudah mampu membeli gedung yang dulu disewanya dan menambah berbagai menu makanan mulai dari burger, dimsum, dan pizza halal. (kw/MV/ManilaBulletin)


latestnews

View Full Version