Misi untuk mengirim manusia ke Mars akan segera direalisasikan. Mars One, sebuah perusahaan asal Belanda untuk misi pengiriman awak ke Mars, berencana mengirimkan empat astronot ke Planet Merah pada tahun 2023.
Ya, satu dekade lagi. Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Apa sajakah itu?
Guardian melansir, 22 April 2013, hambatan serius pertama adalah soal adaptasi astronot ketika mendarat serta dukungan sumber kehidupan di Mars.
Seperti diketahui, lingkungan Mars memiliki gravitasi terbatas. Kekuatannya hanya 38 persen gravitasi Bumi. Kondisi ini menyebabkan perubahan fisiologis astronot secara menyeluruh, seperti kepadatan tulang, kekuatan otot, dan sirkulasi penjelajahan yang jadi terbatas.
Dan, masalah kedua yang tidak kalah serius adalah para astronot harus mengucapkan selamat tinggal pada keluarga dan teman-temannya di Bumi. Sebab, Mars One tidak menjamin astronot bisa kembali.
Agar misi sukses kembali ke Bumi, astronot tentu membutuhkan roket yang dirakit secara lengkap dan canggih, yang dapat menghempaskan astronot dari medan gravitasi Mars.
Bukan itu saja, pada misi ini juga dibutuhkan sistem pendukung kehidupan astronot untuk tujuh bulan ke depan serta performa stasiun ruang angkasa orbit Bumi yang bagus.
“Upaya itu butuh kemampuan teknis yang kuat, dan biaya yang tak kecil jumlahnya,” tulis situs Mars One.
Banjir Peminat
Direktur Medis Mars One, Norbert Kraft mengungkapkan, sudah ada 10 ribu pelamar yang berminat mengikuti misi ini.
Syarat bagi pengaju misi ini sudah dipatok. Calon astronot harus punya daya tahan yang tangguh, punya kemampuan beradaptasi, rasa ingin tahu, dan percaya pada kemampuan akal.
Mereka juga harus berusia lebih dari 18 tahun. Diketahui, dari 10.000 lamaran yang masuk, rentang usia pelamar berkisar 18 tahun sampai 62 tahun, dengan berbagai motivasi.
Misalnya, seorang wanita Amerika, Cynthia. Wanita usia 32 tahun ini, mengaku terdorong ikut misi ini sebagai perwujudan bayangan masa kecilnya pergi ke Mars.
“Saat saya pertama kali mendengar proyek Mars One, saya pikir ini adalah kesempatan untuk mewujudkan mimpi kecil saya. Saya bisa menjadi salah satu pelopor kehidupan Mars, dan mengatakan manusia dapat mencapai wilayah yang belum dipetakan,” ujar Cynthia.
Citra Planet Mars dua miliar tahun yang lalu, kemungkinan mempunyai samudera dingin membeku. (NASA)
Misi Dipertanyakan
Proyek ini juga menuai kritik Dr Veronica Bray, peneliti laboratorium planet dan bulan University of Arizona. Dia mengatakan, permukaan Mars sangat tidak bersahabat dengan kehidupan.
Permukaan Mars, Bray mengatakan, tidak ada zat air cair, sehingga tekanan atmosfer secara praktis vakum, tingkat radiasi lebih tinggi dan suhu liar meningkatkan resiko kanker. Belum lagi sistem kekebalan tubuh yang rendah.
Tapi, Mars One beranggapan misi ini tetap bermanfaat.
“Mars One percaya misi ini tidak hanya mungkin, tapi penting bagi kita dalam membangun permukiman permanen di Mars, untuk mempercepat pemahaman tentang pembentukan Tata Surya, asal usul kehidupan, dan tempat kita di alam semesta,” tulis Mars One.
Mars One menyatakan unsur-unsur dasar yang dibutuhkan untuk kehidupan sudah ada di Mars. Misalnya, air dapat diekstraksi dari es dalam tanah.
Mars juga punya sumber nitrogen, unsur utama dalam udara yang dihirup manusia. Mars One menyebutkan proyek monumental ini akan menelan biaya fantastis, US$6 miliar, setara Rp58,2 triliun.
Untuk diketahui, Mars One didirikan pada 2010 oleh Bas Lansdorp, seorang insinyur dan pengusaha Belanda. Perusahaan ini telah mengembangkan peta jalan dan teknologi yang ingin mewujudkan kehidupan manusia di Mars. (umi/Viva/HK)