Ahmad al-Asir, seorang Ulama Muslim Lebanon, hampir tidak dikenal dua tahun lalu sebelum konflik meletus di Suriah. Pernyataannya penentangan terhadap Bashar al-Assad dan sekutu-sekutunya, termasuk Syiah Lebanon Hizbullah, menempatkan dia pada spektrum utama politik.
Dia adalah salah satu ulama yang pertama di Lebanon yang menggelar demonstrasi menentang rezim Damaskus, yang mengendalikan Libanon selama hampir 30 tahun.
Assir kembali menjadi berita utama pada hari Minggu ketika pendukungnya menembak sebuah pos pemeriksaan tentara Lebanon di selatan kota Sidon.
Dia sebelumnya telah menuduh Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) mendukung Hizbullah dan mengabaikan fakta bahwa kelompok militan tersebut diduga kuat dalam kepemilikan senjata dan telah mengirimkan milisi ke Suriah untuk berperang dengan pasukan Assad melawan oposisi pembebasan Suriah, yang kebanyakan adalah Muslim Sunni.
Sebagai responnya , ulama al Asir menyerukan pengikutnya untuk berangkat berjihad ke Suriah dan mengambil bagian dalam pertempuran melawan Assad.
Percikan terbaru kekerasan antara pendukung Assir dan LAF terjadi di tengah meningkatnya ketegangan sektarian di Lebanon antara pendukung Syiah rezim Assad dan Muslim yang bersimpati dengan pemberontak Suriah.
Siapa Ahmad al-Assir?
Asir, anak tertua dari lima bersaudara, lahir pada tahun 1968 dari seorang ibu Syiah dan ayahnya Muslim Sunni.
Ayahnya seorang musisi dan memainkan instrumen musik , termasuk Oud dan Derbakeh. Namun, menurut AFP, Assir meyakinkan ayahnya untuk berhenti bernyanyi dan beralih ke Islam.
Agama tidak memainkan peran besar dalam masa kecil Asir, yang saat ini menjadi imam Masjid Bilal bin Rabah di Sidon, yang terletak sekitar 40 kilometer dari ibukota Libanon, Beirut.
“Aku dibesarkan di sebuah rumah artistik … tidak ada ruang untuk agama,” kata Assir.
Namun, ia mengatakan ada “titik balik” ketika Israel menginvasi Lebanon selatan pada 1982, waktu itu ia berusia 15 tahun.
“Saya mulai berpikir tentang kehidupan dan banyak mengingat mati, dan saya ingin belajar tentang agama,” katanya. “Tentu saja, aku harus berjuang dengan prinsip orang tua. Mereka menolak gagasan bukan karena mereka melawan agama tetapi karena mereka takut dari segala sesuatu yang disebut ‘milisi’, radikal”
Nohad, adik Assir, mengatakan kepada AFP bahwa kakaknya pernah mendukung perlawanan Hizbullah terhadap negara Yahudi, “tapi ia meninggalkan Hizbullah ketika ia melihat fakta” apa itu kelompok Syiah.
Assir memiliki satu saudara, Amjad, dan tiga saudara perempuan, Nohad, Waseela dan Nagham. Ia memiliki dua isteri , dan memiliki tiga anak dari istri pertama.(Arby/Dz)