Kairo - "Bunuh dahulu, urusan belakangan. Semua orang Gaza adalah musuh. Semua berdosa". Itu adalah yang briefing yang didapatkan para tentara Israel sebelum melaksanakan pembantaian di Jalur Gaza awal tahun lalu.
"Jika kalian ragu-ragu, bunuh saja", kata tentara Israel lain yang juga ikut serta memberikan pernyataan.
"Lebih baik menembak orang tak berdosa dari pada ragu-ragu akan musuhmu", testimoni salah satu tentara Israel kepada aktivis dari Breaking the Silence dalam sebuah acara hari Rabu 15 Juli. Tentara tersebut mengutip brifing dari atasan mereka sebelum dimulai perang.
"Jika kalian ragu-ragu, bunuh saja", kata tentara Israel lain yang juga ikut serta memberikan pernyataan.
"Dalam perang kota, semua adalah musuh. Tidak ada orang tidak bersalah".
Lebih dari enam bulan lalu, kelompok independen Israel sudah menyebarkan boklet dengan 54 testimoni berbeda dari 30 tentara Israel yang ikut berpartisipasi dalam perang Gaza tanggal 27 Desember.
Boklet tersebut merupakan koleksi testimoni pelaku perang, yang menjelaskan bahwa para tentara tidak diberi petunjuk sama sekali untuk menghindari korban sipil. "Testimoni tersebut mengungkap perselisihan antara pejabat militer Israel
dan tentara di lapangan", kata kelompok tersebut dalam laman situsnya.
Laporan tersebut menjelaskan cara "penghancuran sistematik" sebuah rumah dan penggunaan white phospor, senjata kontroversial yang menyebabkan luka bakar kimia.
Salah satu testimoni tentara mengatakan ia mendapat perintah untuk "menyalakan" sebuah area. "Caranya adalah dengan menembakkan white phospor (fosfor putih) ke area tersebut", tambah tentara tersebut dalam testimoninya.
Lebih dari 1,400 penduduk Gaza termasuk 437 anak-anak dan ratusan sipil tak bersenjata meregang nyawa. Sedang 5,450 penduduk Palestina lainnya te
rluka dalam serangan selama tiga pekan lewat darat, laut dan udara tersebut.
Serangan gencar Yahudi Israel tersebut juga menghancurkan total infrastruktur di Gaza, meninggalkan hampir 20,000 tempat tinggal dan bangunan lainnya rusak parah.
"Membakar Semut"
Testimoni tersebut juga mengungkap jiwa para tentara Israel yang bermasalah sehingga tidak mempunyai batasan-batasan moral.
Tentara-tentara lain menembaki rumah orang-orang Gaza dan merusak tangki air para penduduk Gaza hanya karena sedang merasa bosan atau sedang frustasi.
Kalian akan merasa seperti menjadi anak kecil memegang kaca pembesar sambil melihat semut-semut, kemudian membakar semut tersebut", kata testimoni salah satu tentara.
"Seseorang berumur 20 tahun seharusnya tidak melakukan hal tersebut terhadap manusia lainnya".
Dalam testimoni tentara lainnya, seorang tentara mengungkapkan bagaimana sniper Israel membunuh seorang lelaki Palestina hanya untuk membuat "nilai" dengan senapannya.
Tentara-tentara lain menembaki rumah orang-orang Gaza dan merusak tangki air para penduduk Gaza hanya karena sedang merasa bosan atau sedang frustasi.
"Seorang tentara juga mengatakan ia tidak mau menyelesaikan operasi ini tanpa membunuh seseorang. Jadi ia pun membunuh seseorang yang paling dekat dengan dia", kata salah satu testimoni tentara lainnya.
"Aku bisa dengan jelas mengatakan bahwa para korban orang Palestina sama sekali tidak bersenjata. Dan aku bisa yakin mengatakan, bahwa para tentara ini merasa sedang bermain seperti anak kecil yang sedang gembira dan tertawa-tawa setelah melakukan ini".
Breaking the Silence, adalah sebuah kelompok yang didirikan oleh mantan tentara. Tujuan kelompok ini adalah mengungkap kepada masyarakat atas aksi-aksi militer Israel, dan mencari testimoni mengenai tak bermoralnya sistem perang militer Israel bukan individu para tentara.
[zq/voa-islam/iol-staff]