Pada tahun lalu Panglima Tinggi Tentara Philipina telah berikrar akan menghapuskan perlawanan gerakan pemisah Abu Sayyaf Group sebelum berakhirnya tahun 2008. Sebuah langkah yang di nilai akan membawa harapan kepada terwujudnya keamanan di Philipina.
Para petinggi negara semakin yakin dengan operasi yang mereka nilai sebagai “berhasil” terlebih lagi dengan terbunuhnya Amir Abu Sayyaf Group, Khadafi Janjalani pada pertengahan 2006 lalu dan juru bicaranya, Abu Sulaiman awal 2007 dalam rangkaian operasi ‘balikatan exercise Filipina-USA’ yang sudah di mulai sejak tahun 2000-an di kepulauan Sulu-Basilan.
Tapi menurut fakta di lapangan kematian komandan-komandan mereka justru menaikan intensitas serangan-serangan yang di susun oleh sub-sub komandan(komandan menengah) yang di nilai semakin berani dan susah di kontrol pimpinan pusat mereka.
Di jolo, Basilan dan Zamboanga dilaporkan berbagai operasi serangan dadakan, sabotase dan penculikan bahkan pembunuhan Gubernur Wahab Akbar(gubernur pro-Philipina) dalam sebuah ledakan di pelataran gedung kongres Philipina. Wahab Akbar adalah musuh bebuyutan pejuang Abu Sayyaf yang mana manufer-manufernya hampir memecah belah kelompok tersebut di Basilan yang menyebabkan terbunuhnya Amir Pertama Abu Sayyaf Group, Ust. Abdurrazak Janjalani yang lebih di kenal sebagai Abu Sayyaf pada tahun 1998.
”Balikatan Exercise” pada prakteknya adalah operasi daerah militer yang sejak tahun 2000-2008 aperasinya terkonsentrasi di Jolo dan Basilan yang mana kedua pulau ini merupakan basis kuat Abu Sayyaf Group setelah Radulla Sahiron seorang Komandan MNLF(Moro National Liberation Front) bergabung dengan group ini. Ketenaran namanya menjadi momok bagi tentara tetapi merupakan sosok yang disukai oleh orang-orang tausug(suku bangsa kepulauan Sulu).
Puluhan Ribu
Puluhan ribu tentara telah dikerahkan dalam Balikatan Exercise untuk mengejar dan memusnahkanAbu Sayyaf Group yang dianggap sebagai kelompok paling militan dan tidak kenal kompromi dengan lawan tetapi simpati dan dukungan penduduk muslim yang telah lama tertindas menjadi salah satu faktor terpenting bagi kelangsungan perjuangan Abu Sayyaf Group.
Saat ini ditenggarai hanya dalam hitungan 300-400 pejuang saja yang masih melakukan perlawanan. Meski demikian mereka cukup menguasai seluk beluk pulau Jolo hingga tidak mudah di musnahkan. Kelompok Abu Sayyaf dituduh telah memberikan perlindungan kepada anggota-anggota Jemaah Islamiyah yang menjadi buronan di republik ini. Kerja sama Abu Sayyaf group dengan kelompok ’balik Islam’(muallaf) Raja Sulaiman Movement(RSM) yang bermarkas di Ibukota Manila menjadi ancaman serius bagi pemerintah. Serangan mereka terhadap kapal ferry yang menyebabkan lebih dari seratus orang tewas adalah bukti kemampuan kelompok ini. Sejak saat itulah Abu Sayyaf Group menjadi buruan pihak berkuasa Philipina.
Sejak Agustus 2008 peperangan kembali berkecamuk di central Mindanao akibat gagalnya perjanjian damai antara MILF-Pemerintah Philipina di Kuala Lumpur pada bulan tersebut. Disusul oleh pengumuman ’unconstitutional’ dengan butir-butir perjanjian damai tentang pembagian tanah leluhur oleh Mahkamah Agung Philipina menjadi penyebab bergejolaknya pertempuran-pertempuran di sentral Mindanao, Propinsi Magindanao, South Cotabato, North Cotabato, Sultan Kudarat Lanao Del Norte dan Lanao Del Sur menjadi ajang baru pergolakan ini. Lebih dari 150 orang tercatat sebagai syahid dari MILF sementara seribu tentara Philipina terbunuh dan beribu lainya luka-luka. (av/voa-islam/sumber: dari berbagai sumber).