Mujahidin Rusia mengklaim meledakkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Siberia di Rusia yang menewaskan lebih dari 70 orang awal pekan ini.
Pernyataan Mujahidin Checnya disampaikan melalui sebuah surat yang diterima Kavkaz Center, kemudian dipublis. Tidak ada bahan peledak yang digunakan dalam operasi ini, kata kelompok yang menyatakan sumpah setia kepada Amir Imarah Islam Kaukasus, Dokka Umarov ini. Semua bahan untuk operasi sabotase ini adalah alat-alat yang biasa digunakan untuk mereparasi turbin. Kelompok ini nantinya akan menjelaskan prosedure sabotase, sehingga nantinya akan bisa dipakai untuk melakukan operasi sabotase perusakan dan penghancuran pembangkit listrik milik Rusia lainnya.
Kelompok yang melakukan operasi ini adalah "Muwahhidun ar-Rusi". Mereka mengakui telah menyusupkan seorang Mujahid bernama Ibrahim untuk bekerja terlebih dahulu di PLTA tersebut. Setelah bekerja selama satu bulan, Ibrahim dapat mengetahui beberapa tempat yang lemah sistem keamanannya di kamar turbin. Dalam operasi ini Ibrahim Syahid.
"Pada Senin 17 Agustus melalui upaya kami, sebuah operasi subversif telah dilakukan di Khakasia pada dam PLTA Sayano-Shushenskaya," Terdapat 10 pembangkit listrik yang hancur dan tiga pembangkit lainnya rusak.
PLTA ini diresmikan pada 1978 dan memproduksi seperempat total produk listrik RusHydro dan merupakan pemasok listrik ke setidaknya dua pabrik milik Rusal, produsen alumunium terbesar di dunia. Kerusakan ini akan membutuhkan dana paling tidak 1,2 Milyar dolar untuk mereparasi pembangkit listrik tersebut, dan reparasi paling tidak membutuhkan waktu dua hingga lima tahun, dalam waktu itu banyak industri di Rusia tidak akan mendapatkan suplai listrik.
Selain mengklaim meledakkan PLTA tersebut maupun pengeboman di Ingushetia, kelompok Muwahhidun ar-Rusi menyatakan akan melanjutkan opeasi sabotase mereka dan "perang ekonomi" terhadap industri Rusia.
[zq/voa-islam/kc]