View Full Version
Selasa, 29 Dec 2009

Kami Bangga dengan Hamas, Kata Warga Tepi Barat

RAMALLAH (voa-islam.COM) - Bersamaan dengan peringatan pertama “pertempuran Al-Furqan” resmi dibuka PM Palestina Ismail Haniyya kemarin (27/12), mayoritas warga Tepi Barat mengungkapkan kebanggaan mereka terhadap kelompok perlawanan di Jalur Gaza yang tegar dan pantang menyerah atau mengibarkan bendera putih di tengah gempuran Israel bertubi-tubi di darat, laut dan udara selama 21 hari, di mana Hamas keluar menjadi gerakan paling kokoh dari sebelumnya.

Pelajar Ayat Ahmad, mahasiswi di fakultas ekonomi Universitas An-Najah misalnya, menegaskan, ia mengikuti setiap detik perang di Jalur Gaza. Seakan 21 hari itu adalah masa seluruhnya. “Selama perang itu aku berdoa kepada Allah dalam shalatku agar Dia menjaga pejuang perlawanan dan warga Gaza dan memberi pertolongan kepada mereka dan tentu kepada Hamas atas Israel. Aku menangis setiap melihat gambar anak-anak syuhada dan wanita. Aku menangis karena culas dan bengisnya Israel di hari pertama karena membunuh sejumlah polisi Palestina”. tuturnya.

Umar Duwaikat, warga Tepi Barat dari kamp pengungsi Jenin menegaskan, “Sekarang – dalam peringatan setahun pertempuran Al-Furqan – semangatku naik. Sebab Israel gagal mewujudkan targetnya menghancurkan Hamas dan perlawanan. Perlawanan Palestina mampu mendongakkan kepala kami yang tertekan di Tepi Barat karena kediaman kerabat dan saudara kami sendiri (Otoritas Palestina dan Abbas) yang melarang kami unjuk rasa mendukung Gaza. Aku tak takut aparat keamanan Otoritas Palestina sebab saya bangga dengan perlawanan,” tegasnya.

..selama perang di Gaza Hamas membekali diri dengan senjata terbaru meski masih sederhana dibanding Israel...

Soal Hamas yang katanya tidak menang, Abdul Jabir Mahmod warga kamp pengungsi Balatah di Tepi Barat menegaskan, “Itu tidak benar. Israel memperkirakan Hamas hancur dalam pukulan pertama. Tapi itu tidak terjadi. Sebab Hamas melanjutkan perlawanan hingga akhir. Justru Hamaslah yang mengembalikan kepercayaan selama 21 hari terus menerus” imbuhnya.

Shalah Umar (40) warga Ramallah menilai, selama perang di Gaza Hamas membekali diri dengan senjata terbaru meski masih sederhana dibanding Israel. “namun Hamas siap perang di masa mendatang. Ini berbeda dengan Fatah di Tepi Barat yang hina dan menjilat Israel. namun Hamas bangga meski di kepung blokade termasuk tembok baja Mesir” tukasnya.

Izzuddin Khalid, warga kamp pengungsi Dahisyah menjelaskan perasaannya. “Saya takut - di awal perang – Hamas akan hancur kemudian Palestina lenyap di tangan para perundingan. Namun dengan karunia Allah perlawanan mampu mengalahkan Israel dan Hamas mampu menegakkan kepala di hadapan Israel”. [zak/InPal]


latestnews

View Full Version