View Full Version
Kamis, 07 Jan 2010

Kaki Palsu Ini, Kado Istimewa Israel yang Tak Terlupakan

GAZA (voa-islam.com) - Setiap pagi gadis polos dan lugu ini harus bangun lebih awal dari teman-teman seusianya. Karena selepas shalat shubuh dan mandi pagi, ia harus berjalan ke sekolah menggunakan kaki palsu dan tongkat penopang.

Ketika lahir 15 tahun yang lalu, gadis ini sebetulnya tidak cacat kaki. Ia terlahir dengan kaki indah  nan sempurna, seindah namanya, Jamilah Al-Habbash.

Kebiadaban Israel setahun yang lalu memang sudah berlalu, tapi penderitaan yang ditimbulkan tak dapat berlalu hingga kini dan entah sampai kapan. Jamilah adalah contohnya. Ia kehilangan kakinya setahun lalu saat pesawat Israel menjatuhkan misil ke rumah gadis tak berdosa itu. Ledakan tersebut menewaskan keluarganya dan saudaranya yang sedang asyik bermain-main di halaman.

Tragedi kebengisan Israel ini terjadi di depan ayah Jamilah, Muhammad Al-Habbash. Sampai kini air matanya tak pernah kering, bila teringat kejadian yang teramat sadis tersebut.

"Yang pertama kali kulihat adalah anak perempuanku yang tanpa kaki. Darah berceceran di mana-mana. Salah satu potongan kakinya terlempar ke atap rumah, sedangkan potongan kaki kirinya terlempar lebih jauh lagi", kata ayah gadis tersebut sambil menitikkan air mata.

..Yang pertama kali kulihat adalah anak perempuanku yang tanpa kaki. Darah berceceran di mana-mana. Salah satu potongan kakinya terlempar ke atap rumah, sedangkan potongan kaki kirinya terlempar lebih jauh lagi...

Tak lama kemudian, ambulan pun datang ke rumah dan membawa Jamilah ke rumah sakit. Obat bius pun disuntikkan dokter, agar Jamilah larut tidur panjangnya. Karena lukanya cukup serius, maka gadis ini harus beberapa kali dioperasi. Para dokter berjuang keras untuk menyelamatkan kakinya, tapi gagal.

Beberapa jam kemudian, gadis ini mulai sadar dari obat bius, lalu menurunkan selimut yang menutupi sekujur tubuhnya. Masya Allah… itulah pertama kali Jamilah menyaksikan pemandangan paling memilukan sepanjang hidupnya, kedua kakinya telah hilang!

"Saya sangat terguncang. Pertama kali yang dapat kukatakan adalah: "Di mana kakiku?" kata Jamilah sambil tersenyum kecil.

"Tapi hidupku tidak akan berhenti hanya karena kakiku hilang. Saya tetap ke sekolah, kadangkala saya juga bermain. Sekarang memang lebih sulit, tapi saya bisa mengatasinya,” katanya optimis untuk menghibur diri.

"Saya langsung memutuskan untuk tidak putus asa, karena putus asa hanya akan membunuhku", lanjutnya. "Memulai hidup baru sangatlah sulit dan menyakitkan, tapi aku telah melewati masa-masa terburuk itu".

Misil Israel tersebut menghantam rumah Jamilah saat serangan tiga pekan Israel di Gaza awal tahun 2009, Gaza mempunyai populasi 1,5 juta penduduk. Perang yang berakhir pada 18 Januari itu menyisakan 1. 410 warga Palestina yang tewas. Di antara yang tewas tersebut terdapat 355 anak-anak di bawah 18 tahun, menurut Pusat Hak Asasi Manusia, Al-Mizan.

..Kepada mereka yang berpikir bahwa aku telah kehilangan semua, aku akan katakan bahwa aku sama sekali tidak kehilangan harapan dan keyakinanku terhadap Allah...

Pada Januari tahun lalu, Jamilah harus dilarikan jauh-jauh ke Arab Saudi untuk mendapatkan perawatan medis, karena negeri Israel dan Mesir dengan biadab memblokade rumah sakit Gaza agar tidak mempunyai peralatan dan obat-obatan yang cukup. Di Arab Saudi itulah Jamilah menerima kaki palsunya.

Saat ini, Jamilah menjalani rehabilitasi di sebuah pusat medis di Gaza, tempat ini dikhususkan untuk orang-orang yang kehilangan anggota tubuhnya. Di sini ia mengalami perkembangan yang bagus. Diharapkan ia segera mampu berjalan tanpa tongkat penyangga.

"Saya lihat para tentara itu. Tidak satu pun yang dapat menolongku baik keluargaku atau teman-temanku. Aku putuskan aku akan menjadi jurnalis", kata gadis ini sambil tersenyum.

Sekolah Jamilah berjarak 100 meter dari rumahnya. Dulu ia hanya butuh waktu 5 menit jalan kaki, sekarang ia butuh waktu 20 menit untuk sampai ke sekolah. "Ini melelahkan, tapi aku bisa mengatasinya. Ini adalah ujian", kata gadis ini dengan bangga.

Jamilah bercita-cita menjadi jurnalis supaya dapat menceritakan penderitaan rakyat Palestina ke seluruh dunia. Dia juga ingin menikah dan melahirkan generasi terbaik.

"Kepada mereka yang berpikir bahwa aku telah kehilangan semua, aku akan katakan bahwa aku sama sekali tidak kehilangan harapan dan keyakinanku terhadap Allah", pungkasnya. [zak/PT]


latestnews

View Full Version