KABUL (voa-islam.com): Meski AS menggencarkan misi mereka di Afghanistan bahkan meminta bantuan internasional, kelompok Taliban tak gentar. Apalagi Al Qaida pun turut membantu.
Berdasarkan riset yang dilakukan media Arab, Al Jazeera, beberapa bulan belakangan ini Al Qaida memberi perhatian lebih terhadap aksi Taliban. Jaringan yang dipimpin Usamah bin Ladin ini pun bakal menjadi partner strategis Taliban. Dengan kata lain, aksi penyerangan mereka bukan tak mungkin makin marak di negara itu.
...memisahkan Taliban dari Al Qaida menjadi misi yang sulit...
"Al Qaida berusaha menjembatani Taliban yang tersebar di Afghanistan. Mereka bahkan menjangkau hingga Pakistan," demikian laporan Al Jazeera, Kamis (4/2). Afghanistan yang kini sedang diinvasi Barat pun terbukti menjadi tempat yang lebih menantang ketimbang misi mereka di Irak.
Al Qaida yang bermarkas di Irak, dianggap para peneliti Al Jazeera sedikit mengalami kesulitan karena rakyat Irak sendiri juga tak setuju dengan kekerasan metode serta tujuan kelompok mereka. Namun Al Qaeda boleh sedikit bernapas lega. Misi Barat malah membuat mereka dekat dengan Taliban.
Sementara AS sibuk merencanakan strategi baru dan mengumpulkan komunitas internasional di London, Inggris, pada 28 Januari lalu, kelompok-kelompok mujahidin ini juga sibuk.
Taliban mendirikan front baru di area utara. Mereka juga memperkuat front sebelumnya yang berada di area selatan dan timur. Akibatnya, memisahkan Taliban dari Al Qaida menjadi misi yang sulit. Apalagi, kedua kelompok ini telah memiliki keamanan dan hukum pararel. Bahkan sepintas, terlihat seperti pemerintahan pararel.
"Tak heran masyarakat internasional lainnya merasa frustasi," kata pengamat Timur Tengah dari Arab Saudi, Marwan Bishara. Menurutnya, lama kelamaan AS dan Barat harus berpikir ulang mengenai tujuan mereka untuk memenangkan pertarungan antiterorisme di wilayah itu. "Bisa saja, nantinya mereka hanya merasakan ilusi," lanjut Marwan.
Belum tentu, ketika Barat menarik mundur pasukannya sesuai target beberapa tahun lagi, Al Qaida dan Taliban sudah musnah total. Selain itu, eratnya hubungan kedua kelompok itu, juga disebabkan pemerintahan Presiden Afghanistan Hamid Karzai masih sangat rentan terhadap gejolak politik. Apalagi, dunia Arab mulai mengkaji ulang dukungan mereka untuk Amerika yang dinilai mulai fokus pada kepentingan nasional semata.
Hal inilah yang menyebabkan konferensi mengenai Afghanistan di London beberapa hari lalu, malah mencari strategi alternatif. Mulai dari penambahan pasukan militer, hingga menekankan pentingnya mencari solusi regional.
...Taliban bermitra strategis dengan Al Qaida. Sanggupkah dunia menaklukkan bersatunya Taliban dan Al Qaeda?...
Semuanya sangat bergantung pada pemerintahan Karzai. Sebab konferensi itu menyebutkan pentingnya pihak Karzai menjalin dialog dengan Taliban. Bahkan melibatkan mereka dalam kancah politik dalam negeri.
"Saudi menjadi andalan negara Barat," lanjut Marwan. Saudi diharapkan mampu meningkatkan peran penting mereka dalam situasi politik dalam negeri Afghanistan. Terutama mendukung Karzai membuka hubungan politik dengan Taliban.
Persoalan persoalan Afghanistan sendiri merupakan salah satu penyebab merenggangnya hubungan Saudi dengan Iran. Negara di Teluk Persia itu merasa Saudi adalah pendukung Barat, terutama Amerika. Namun hal ini kemungkinan sulit, karena citra Saudi sebagai pendukung AS.
Bagaimanapun, misi Taliban hanya satu. Yakni menguasai Afghanistan sesuai hukum Syariah Islam. Mereka memang bermitra strategis dengan Al Qaida, namun pada akhirnya tetap kembali ke misi awal itu. Tetap saja, pertanyaannya, sanggupkah dunia menaklukkan bersatunya Taliban dan Al Qaeda? [zak/inlh]