WASHINGTON (voa-islam.com): Sepuluh tahun setelah ledakan bom yang merobek kapal induk Amerika USS Cole yang menewaskan 17 pelaut Amerika, Presiden Barrack Obama mengatakan pada Selasa kemarin bahwa Al Qoidah saat ini sedang mengejar "agenda pembunuhan" di wilayah keras Yaman.
Serangan spektakuler Al Qoidah pada kapal USS Cole pada saat itu juga melukai 39 pelaut lainnya.
Selama satu dekade terakhir, Yaman dianggap berubah menjadi surga bagi para ekstrimis, menjadi markas Al Qoidah di Semenanjung Arab dan menjadi tempat persembunyian ulama kelahiran Amerika Anwar Al Awlaki yang kini menjadi buronan setelah dikaitkan dengan plot-plot teror kelas tinggi di Amerika Serikat.
Pemboman di kapal USS Cole itu terjadi hanya 11 bulan sebelum Al Qoidah membajak pesawat pada 11 September 2001 yang akhirnya ditabrakkan ke gedung kembar WTC dan menewaskan hampir 3000 orang di Amerika Serikat.
Obama mengatakan Yaman kini menjadi pusat ekstrisme dan Al Qoidah akan terus melakukan "agenda pembunuhan" pada saat acara peringatan serangan kapal USS Cole di pangkalan Naval Station Norfolk, Virginia.
"Musuh kita tahu apa yang mereka lakukan pagi itu ketika mereka menyerang USS Cole: simbol kuat dari kekuatan agung Amerika Serikat," kata kepala komando Pasukan Armana Laksamana John Harvey didepan khalayak.
Setelah serangan itu kapal USS Cole telah diperbaiki, ditingkatkan dan kembali dioperasikan, namun keluarga para korban kapal telah menyatakan frustasi karena persidangan hingga kini belum diselenggarakan terhadap para tahanan di Teluk Guantanamo asal Arab Saudi yang dicurigai merencanakan serangan.
Senin lalu, di Yaman kembali terjadi serangan bom kembar yang menewaskan tiga orang di sebuah pusat olahraga di Aden, hal ini menimbulkan kekhawatiran keamanan menjelang turnamen sepakbola internasional yang akan diselenggarakan di Yaman. Peserta turnamen sepakbola ini adalah negara Yaman, Irak dan enam negara Teluk lainnya.
Pada hari yang sama serangan terjadi, Al Qoidah cabang Yaman mengumumkan bahwa mereka telah membentuk pasukan baru "Aden-Abyan Army" yang mengancam akan menumbangkan pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh. (za/meo)