View Full Version
Sabtu, 18 Dec 2010

Prancis Kembali Kehilangan Perwiranya Dalam Pertempuran di Afghan

Paris (Voa-Islam.com) - Seorang perwira Prancis tewas di Afghanistan, Jumat, dalam pertempuran dengan pejuang Islam, demikian diumumkan kantor presiden Prancis.

Dengan kematian terakhir itu, jumlah prajurit Prancis yang tewas di Afghanistan menjadi 51 sejak konflik meletus pada 2001, katanya dalam sebuah pernyataan.

Perwira itu tewas ketika satuan yang dipimpinnya terlibat dalam tembak-menembak dengan pejuang Islam selama misi pengintaian di lembah Alasay sebelah timurlaut Kabul.

"Prajurit itu telah mengorbankan hidupnya demi komitmen Prancis, bersama sekutu-sekutunya, untuk menjaga perdamaian dan keamanan rakyat Afghanistan," kata Presiden Nicolas Sarkozy dalam pernyataan itu.

Terdapat sekitar 3.750 prajurit Prancis di Afghanistan sebagai bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun ini ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Hampir 700 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun ini, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Pemimpin Taliban Mullah Omar telah menyatakan, pihaknya akan meningkatkan serangan taktis terhadap pasukan koalisi untuk memerangkap musuh dalam perang yang melelahkan dan mengusir mereka seperti pasukan eks-Uni Sovyet.

..Perwira itu tewas ketika satuan yang dipimpinnya terlibat dalam tembak-menembak dengan pejuang Islam selama misi pengintaian di lembah Alasay sebelah timurlaut Kabul..

Saat ini terdapat lebih dari 150.000 prajurit asing dari 43 negara yang ditempatkan di Afghanistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai memerangi pejuang Islam Taliban.

Para komandan NATO telah memperingatkan negara-negara Barat agar siap menghadapi jatuhnya korban karena mereka sedang melaksanakan strategi untuk mengakhiri perang lebih dari delapan tahun di negara itu.

Pasukan NATO dan Afghanistan saat ini terlibat dalam ofensif besar-besaran di sekitar Kandahar -- kota terbesar di wilayah selatan -- yang bertujuan menghalau gerilyawan dari daerah tersebut untuk membantu mengakhiri perang panjang Afghanistan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan mereka yang sah di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Syaikh Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. (ant)


latestnews

View Full Version