KABUL (voa-islam.com): Seorang ahli bom akhirnya tewas setelah sebuah perangkat bom baru milik Taliban membunuhnya di Afghanistan, ia terbunuh karena tidak memiliki peralatan untuk mendeteksi jenis bom baru tersebut. Hal ini disampaikan dalam rapat dengar pendapat di Inggris.
Staf Sersan Olaf Schmid secara anumerta dianugerahi Salib George atas jasanya dalam menjinakkan 64 bom IED milik Taliban dalam waktu lima bulan. Ia tewas pada tahun 2009.
Tapi pada hari terakhir sebelum ia terbang pulang kembali ke keluarganya dari tugas, ia malah menginjak sebuah detonator plat jenis baru dari Taliban yang akhirnya memicu bom telah menewaskan dirinya.
Sersan 30 tahun tersebut dianggap sebagai "fenomena besar" dan "pria raksasa" di resimen tempat ia bertugas. Ia mati setelah lututnya mendorong plat detonator saat ia sedang berusaha menjinakkan IED di wilayah Sangin.
Kolonel Bob Seddon, seorang petugas bagian pelucutan bom asal Inggris yang mengundurkan diri tahun lalu mengatakan ini adalah "perang terus-menerus" untuk bersaing dengan Taliban yang terus mengembangkan IED.
"Dengan kemampuan peralatan yang Olaf miliki saat itu, ia tidak akan memiliki kemampuan untuk mendeteksi kadar logam pelat tekanan rendah," kata Kolonel Seddon.
Militer Barat frustasi dengan peralatan bom IED Taliban yang terus dikembangkan kecanggihannya sehingga sulit dideteksi atau dijinakkan. Pada awalnya IED menggunakan remote kontrol yang dikendalikan dari jauh, kemudian remote mulai ditinggalkan dan berganti menjadi detonator pelat yang akan memicu bom jika pelat diberi tekanan diatasnya.
Bahan-bahan untuk membuat IED juga terus dikembangkan Taliban, sehingga semakin sulit dideteksi detektor logam. [Za/indpt]