View Full Version
Sabtu, 07 Dec 2013

Mujahidin Asing Gunakan Safe House di Turki Sebelum Masuki Suriah

TURKI (voa-islam.com) - Mujahidin asing dari berbagai negara menggunakan safe house atau rumah aman di wilayah Turki bagian selatan sebelum menyeberang ke Suriah untuk berjihad melawan  pasukan pemerintah Bashar Al-Assad, laman BBC berbahasa Indonesia melaporkan Sabtu (7/12/2013).

Rute melalui Turki tersebut digunakan oleh mujahidin asing jaringan Al-Qaidah yang kini meningkat.

Seorang pria yang mengelola sebuah rumah aman dekat Kota Reyhanli mengatakan kepada wartawan BBC Richard Galpinbahwa "lebih dari 150 orang-termasuk 20 orang Inggris- tinggal di rumah tersebut"  tiga bulan yang lalu.

"Sekitar 15-20 orang Inggris. Ini semua dapat dilakukan atas undangan teman".

Dia menambahkan bahwa para mujahid tersebut biasanya "tinggal selama satu atau dua hari sebelum menyeberang ke Suriah dan kembali ke rumah itu ketika menunggu penerbangan untuk kembali ke negara asal mereka".

Seorang mujahid dari Prancis mengatakan kepada koresponden BBC bahwa "ada ribuan orang seperti kita, berasal dari seluruh pelosok dunia".

"Dan kami seluruhnya Al-Qaidah," tambah dia.

Mujahid tersebut, yang merupakan seorang mantan pelajar di Prancis, mengatakan dia bergabung dengan sebuah pasukan yang beranggotakan 8.000 laki-laki.

Dia menambahkan pasukan baru-baru ini mengucapkan janji setia kepada salah satu kelompok mujahidin afiliasi Al-Qaidah di Suriah, yang disebut Negara Islam Irak dan Suriah Raya (ISIS).

Selama tahun lalu, ribuan mujahidin asing - termasuk 300 orang berkewarganegaraan Inggris - telah diterjunkan ke Suriah untuk berjihad melawan pasukan Presiden Bashar Al-Assad.

Meningkatnya jumlah kaum muda Eropa yang bergabung dengan mujahidin Al-Qaidah menimbulkan kekhawatiran diantara negara-negara Eropa, menganggap mereka sebagai "ancaman potensial" yang harus diwaspadai seandainya mereka kembali dari Suriah.

Beberapa negara Eropa yang sering disebut sebagai "penyuplai" mujahidin Barat, seperti Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Italia, Spanyol Belgia dan Denmark telah bekerja sama serta mengadakan pertemuan khusus untuk membahas dan untuk mengkoordinasikan sebuah tindakan menghadapi masalah tersebut. (aa/bbc)


latestnews

View Full Version