TIKRIT, IRAK (voa-islam.com) - Mujahidin Islamic State kembali memukul mundur serangan Tentara Syi'ah Irak yang dirancang untuk merebut kembali kontrol pusat kota Tikrit. Ini merupakan kali ketiga mujahidin Islamic State menggagalkan upaya militer Syi'ah Irak untuk mendapatkan kembali Tikrit, ibukota provinsi Shalahuddin, yang telah lepas dari kendali pemerintah selama lebih dari dua bulan.
Sebelumnya pagi (19/8/2014) ini, pasukan Syi'ah Irak meluncurkan "kampanye militer yang luas untuk membebaskan kota Tikrit dari Negara Islam," All Iraq News Agency melaporkan. "Pasukan keamanan akan membebaskan kota dan menghilangkan teroris (baca;mujahidin) ISIS," sesumbar seorang pejabat Irak kepada kantor berita itu.
Tapi pasukan Irak, yang menyerang Tikrit dari beberapa arah, menghentikan serangan mereka pada siang hari setelah mendapatkan tembakan "senapan mesin dan mortir berat" dari selatan, dan menghadapi "ranjau dan penembak jitu" di barat kota, Reuters melaporkan.
"Warga pusat Tikrit mengatakan melalui telepon bahwa para pejuang Negara Islam secara tegas mengendalikan posisi mereka dan berpatroli di jalan-jalan utama," Reuters mencatat.
Islamic State di kota asal Saddam Hussein, Tikrit, telah menggagalkan dua upaya lain oleh militer Syi'ah Irak dan para milisi pendukung untuk membangun kembali kontrol pemerintah di ibukota provinsi itu, yang jatuh ke Islamic State dan sekutunya pada 11 Juni.
Pada akhir Juni, pasukan udara Syi'ah Irak menyerang ke Universitas Tikrit di utara kota sementara pasukan darat maju dari selatan. Ofensif itu terhenti dan pasukan Irak mundur dari kota setelah pertempuran sengit melawan mujahidin Islamic State.
Dan pada tanggal 15 Juli, tentara Irak dan milisi pendukung maju di kota itu dari selatan, namun lagi-lagi harus kocar-kacir mundur sehari kemudian setelah terjebak ke dalam penyergapan mematikan kompleks yang meliputi perangkap IED, pelaku bom jibaku, dan penembak jitu.
Kegagalan Ofensif Tikrit terbaru menyoroti keadaan lemah angkatan bersenjata Syi'ah Irak. Militer sering dipaksa untuk bergabung kembali bersama unit-unit sejak setidaknya empat dari 16 divisi tentara reguler Irak berhasil dikalahkan mujahidin Islamic State. The Long War Journal memperkirakan bahwa setidaknya tujuh divisi telah dibuat tidak efektif sejak awal tahun.
Di banyak daerah di Irak, militer berperang dibantu milisi Syi'ah kurang terlatih yang tidak cocok untuk melakukan operasi ofensif. Selain itu, pasukan SWAT dan khusus, yang bisa jadi sangat terlatih dan kemungkinan lebih termotivasi dibandingkan pasukan reguler, sering disalahgunakan sebagai pasukan infanteri.
Militer dan pemerintah Syi'ah Irak tidak mampu mendapatkan kembali kontrol dari daerah luas yang hilang seperti provinsi Ninewa, Shalahuddin, dan Diyala setelah Negara Islam dan sekutunya memulai serangan mereka pada 10 Juni. Mosul, kota terbesar kedua Irak, dan kota-kota besar lainnya dan kota-kota di Irak utara dan tengah secara tegas di bawah kendali mujahidin Islamic State atau sedang diperebutkan.
Islamic State juga menguasai sebagian besar Anbar serta provinsi Babil utara. Fallujah dan kota-kota lainnya jatuh setelah Islamic State melanjutkan ofensif di Anbar pada awal Januari. Hingga kini militer Syi'ah Irak belum mampu untuk merebut kembali daerah-daerah di Anbar yang hilang awal tahun ini. Setengah dari Ramadi, ibukota provinsi, berada di bawah kontrol Islamic State. Militer baru-baru ini menerbangkan 4.000 milisi Syi'ah ke Ramadi, indikasi lebih lanjut bahwa dua divisi Irak yang ditempatkan di Anbar, divisi 1 dan 7, bukan lagi pasukan tempur yang terpadu. (st/lwj)