View Full Version
Sabtu, 28 Nov 2015

Pejabat Tunisia: Serangkaian Serangan IS di Tunisia Direncanakan di Libya

TUNIS, TUNISIA, (voa-islam.com) - Serangkaian serangan di Tunisia yang diakui oleh Daulah Islam (IS) yang menewaskan puluhan orang termasuk wisatawan asing direncanakan di negara tetangga Libya, kata seorang pejabat tinggi hari Jum'at (27/11/2015).

IS mengatakan mereka berada di balik serangan bom jibaku di pusat Tunis pada hari Selasa di mana 12 pengawal presiden tewas.

IS juga menyatakan tanggung jawab atas dua serangan awal tahun ini di Museum Nasional Bardo di Tunis dan di sebuah hotel dekat resor Mediterania Sousse yang menewaskan total 60 orang, semua dari mereka wisatawan asing kecuali satu.

"Semuanya sedang direncanakan di Libya," sekretaris negara untuk keamanan nasional Tunisia, Rafik Chelly, mengatakan kepada radio swasta Mosaique FM.

"Para komandan kelompok teroris Tunisia berada di Libya," tambahnya.

IS, yang mengontrol petak besar di Suriah dan Irak, telah memanfaatkan kekacauan yang tersebar di Libya yang kaya minyak setelah pemimpin veteran Muammar Khadafi digulingkan dan dibunuh dalam revolusi 2011.

"Libya telah menjadi berbahaya. Itu sebabnya kita harus mengambil tindakan pencegahan ... keputusan berani," kata Chelly.

Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond selama kunjungan Jum'at ke Tunisia di mana dia bertemu rekan Tunisia nya Taieb Baccouche dan pejabat lainnya mengakui bahwa Libya menimbulkan "ancaman".

"Menteri Anda menyebutkan tantangan di negara tetanggamu Libya dan kami sangat menyadari ancaman bahwa negara Anda menghadapi dari apa yang terjadi di Libya," katanya setelah bertemu Baccouche.

Hammond juga berjanji bahwa Inggris akan bekerja dengan Tunisia "pada keamanan perbatasan ... (dan) solusi jangka panjang untuk Libya dan mengalahkan Daesh (IS) di Libya".

Tiga puluh warga Inggris termasuk di antara 38 turis yang tewas dalam serangan dekat Sousse dan Jumat Hammond menghadiri upacara untuk memperingati serangan itu dan mengunjungi museum Bardo.

Tunisia mengumumkan pada hari Rabu mereka menutup perbatasan darat dengan Libya selama 15 hari, dengan Chelly mengatakan langkah itu "sementara" untuk memberikan otoritas waktu untuk memikirkan apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

Tunisia telah membangun parit dan hambatan lain di sepanjang lebih dari 200 kilometer dari perbatasan sepanjang 500 km dengan Libya dan juga akan memperkuat darat dan pengawasan laut, menurut Chelly.

Dia mengatakan penyerang Bardo dan Sousse "pergi ke Libya, dilatih di Libya."

Menurut Chelly, mereka akan melakukan perjalanan secara ilegal ke Libya dan menerima baik pelatihan "militer" dan "ideologi" dan akan kembali pulang ke Tunisia untuk "menunggu instruksi." (st/AFP)


latestnews

View Full Version