SURIAH (voa-islam.com) - Para jihadis di Suriah yang terkait Al-Qaidah dalam edisi terbaru majalah Ar-Risalah membantah membantah keterkaitan dengan pembunuhan duta besar Rusia Andrey Karlov di Ankara, yang tewas bulan lalu saat memberikan sambutan di sebuah galeri seni, ARA News melaporkan hari Rabu (11/1/2017).
Mevlut Mert Altintas, seorang perwira polisi yang sedang tidak bertugas, membunuh duta besar Rusia pada 19 Desember. Namun, masih belum jelas kelompok mana yang berada di balik pembunuhan itu, atau apakah pembunuhan itu adalah tindakan individu.
Majalah al-Risalah yang diterbitkan oleh para jihadis yang dekat dengan Al-Qaidah di Suriah tersebut menyatakan itu adalah tindakan balas dendam individu atas pembunuhan terhadap kaum Muslim oleh Rusia di Aleppo.
"Jadi, bertentangan dengan klaim dari orang-orang kafir, jelas bahwa Mevlut (semoga Allah merahmatinya dan menerima dia) menanggapi teriakan umat Islam yang tertindas dari Suriah. Dia bukan anggota ISIS atau Jabhat Al-Nusrah atau kelompok lain yang beroperasi di wilayah itu," kata majalah Ar-Risalah.
"Sebaliknya, apa yang terlihat dari ucapan dan tindakannya (karena tidak ada seorang pun selain Allah yang memiliki akses ke hatinya) adalah bahwa ia telah meninggalkan bekas profesinya dan kembali kepada Tuhannya dalam pertobatan. Dia berdiri, bukan untukkelompok atau sekte tertentu , namun atas nama umat yang telah menderita di tangan musuh-musuhnya selama puluhan tahun," majalah itu menambahkan.
"Ketika tragedi di Aleppo terhampar, Rusia tetap berkomitmen seperti biasa untuk membantu rezim Suriah dan sekutu-sekutunya ketika mereka terus melakukan pembantaian mereka terhadap umat Islam yang tidak bersalah di Aleppo, sementara dengan arogan menyangkal melakukan kesalahan tersebut pada bagian mereka," mereka menyatakan.
Media negara Turki menyalahkan pembunuhan Karlov pada sekte Fethullah Gulen yang mengikuti cendekiawan Fethullah Gulen, yang tinggal di pengasingan di Amerika Serikat. Otoritas Turki juga menyalahkan gerakan Gulen untuk kudeta militer yang gagal bulan Juli 2015.
Aymenn Jawad Al Tamimi, seorang peneliti di Forum Timur Tengah, sebuah think tank AS mengatakan kepada ARA News bahwa tidak mungkin si pembunuh memiliki hubungan apapun dengan kelompok-kelompok jihad. "Dia benar-benar tidak ada hubungannya dengan mereka," katanya. (an/ARA)