IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Sebuah serangan pesawat tak berawak AS pada Sabtu (4/2/2017) pagi membunuh seorang komandan Ahrar al-Sham di Idlib, serangan Barat pertama yang menargetkan kelompok pejuang oposisi dari faksi Islam "moderat" dalam hampir tiga tahun.
Abu Hani al-Masri, seorang pejuang Mesir yang sebelumnya telah berjuang dengan Al-Qaidah di Afghanistan, Somalia dan Chechnya, dilaporkan gugur dalam serangan yang ditargetkan tersebut.
Seorang juru bicara untuk Pentagon tidak dapat segera mengkonfirmasikan atau menyangkal keterlibatan AS.
Sebelumnya serangan koalisi pimpinan AS di provinsi Idlib telah terutama ditujukan terhadap para pejuang dari Jabhat Fateh al-Sham (JFS), yang sebelumnya merupakan cabang Al-Qaidah di Suriah bernama Jabhat Al-Nusrah.
Abu Hani al-Masri gugur sepuluh kilometer dari perbatasan-persimpangan utama dengan Turki, antara kota Sarmada dan Batabo.
AS saat ini tidak mencantumkan Ahrar al-Sham organisasi teroris, bagaimanapun serangan hari Sabtu menimbulkan pertanyaan di antara banyak jihadis apakah mereka telah berubah di bawah pemerintahan baru Donald Trump.
Sheikh Muslih al-Alyani, seorang ulama jihad yang sebelumnya bergabung dengan Al-Qaidah, mengatakan kematian Abu Hani Al-Masri menandakan bahwa Ahrar al-Sham sekarang bisa dianggap sebagai organisasi teroris oleh Washington.
Sejumlah besar pejuang oposisi Suriah yang berafiliasi dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) bergabung dengan Ahrar al-Sham pekan lalu setelah Jabhat Fateh al-Sham meluncurkan kampanye melawan oposisi sekuler di provinsi Idlib.
Masri menghabiskan sekitar sepuluh tahun di sebuah penjara Mesir karena menjadi anggota Al-Qaidah, sebelum diampuni oleh Presiden Muhammad Mursi pada 2012.
Kantor berita Libanon Ad-Diyyar melaporkan pada tahun 2002 bahwa Abu Hani al-Masri adalah komandan Al-Qaidah yang bertanggung jawab untuk mempertahankan bandara Kandahar Afghanistan bersama dengan kelompok pejuang Taliban. (st/TNA)