IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Seorang pejabat tingkat atas Al-Qaidah gugur dalam serangan pesawat tak berawak AS di Idlib, barat laut Suriah pada hari Ahad, menurut laporan yang muncul pada hari Senin (27/2/2017).
Abdullah Muhammad Rajab Abdulrahman, dikenal lebih luas dengan nama samaran Abu al-Khayr al-Masri, gugur setelah sebuah rudal yang ditembakkan dari pesawat tanpa awak menghantam kendaraan yang dia gunakan saat bepergian , menurut SITE Intelligence Group, yang mengutip laporan yang beredar di akun media sosial para jihadis.
Abdulrahman, adalah wakil pemimpin Al-Qaidah Syaikh Ayman al-Zawahiri dan menentu pendiri Syaikh Usamah bin Ladin. Dia telah menjadi bagian dari organisasi jihad global Al-Qaidah sejak awal.
Gambar yang beredar menunjukkan kendaraan yang dilaporkan digunakan oleh Al-Masri terbuka atapnya hancur akibat bom.
Charles Lister, seorang analis konflik Suriah dari Middle East Institute yang berbasis di Washington, membagikan rekaman yang diyakini dari lokasi serangan itu.
"Sebagai wakil pemimpin Al-Qaidah secara global, kematian yang dilaporkan dari Abu al-Khayr al-Masri di Suriah adalah pukulan terbesar bagi Al-Qaidah sejak pembunuhan Nasir al-Wuhayshi di Yaman pada bulan Juni 2015," kata Lister kapada The Guardian.
"Sebagai anggota lama dewan Syura pusat Al-Qaidah dan salah satu orang kepercayaan terdekat Ayman al-Zawahiri lama, [al-Masri] adalah royalti jihad, yang berarti kematiannya hampir pasti akan memerlukan beberapa bentuk respon, baik dari Suriah atau di tempat lain di dunia. "
Sementara Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris melaporkan bahwa seorang pejabat tingkat atas gugur dalam serangan pesawat tak berawak, tapi tidak bisa mengkonfirmasi itu adalah Al-Masri.
Provinsi barat laut sebagian besar berada di bawah kendali koalisi pejuang oposisi yang terkait Al-Qaidah. Ratusan ribu warga Suriah yang mengungsi akibat pertempuran hidup sebagai pengungsi di sana.
Al-Masri pernah menjadi ketua dewan manajemen Al-Qaidah, menurut Washington Post laporan mengutip bocoran dokumen intelijen AS tertanggl kembali ke 2008.
Pemerintah Iran diyakini telah memenjarakan dia setelah serangan 9/11 sebelum akhirnya membebaskan dia dalam sebuah pertukaran tahanan dengan diplomat Iran yang ditahan oleh Al-Qaidah di Yaman pada tahun 2015. (st/TNA)