View Full Version
Senin, 29 May 2017

Mengenal Ummu Yahya, Seorang Pemimpin, Perawat dan Mujahidah asal Ghouta Timur Suriah

GHOUTA TIMUR, SURIAH (voa-islam.com) - 'Ibu para Pemberontak', itulah julukan yang diberikan oleh para aktivis kepada Ummu Yahya, seorang mujahidah yang pernah bekerja sebagai perawat, ketika Pasukan rezim mulai menembaki demonstran damai di Ghouta timur, meskipun dia juga terutama bekerja sebagai ibu yang merawat keempat anaknya di kota Tura di distrik Jobar.

Dia mengatakan keponakannya memintanya untuk membantu para pejuang oposisi dengan merawat orang-orang yang terluka karena pengalamannya sebagai perawat. Saat itu, ia membuka rumah sakit lapangan kecil di rumahnya dengan bantuan suami dan anak-anaknya.

Suatu hari di tahun 2012 saat dia membawa seorang wanita hamil dari Ghouta Timur ke salah satu rumah sakit di Damaskus, dia ditangkap dengan tuduhan membantu istri seorang teroris (baca;pejuang oposisi). Dia ditahan selama tiga bulan dimana dia mengalami berbagai jenis penyiksaan dan penghinaan sebelum pasukan keamanan rezim melemparkannya, pingsan, di alun-alun al-Abbasiyin.

Berbicara kepada Zaman al-Wasl, dia menjelaskan bahwa setelah dia mendapatkan kembali kesehatannya, dia sekali lagi memulai pekerjaan sebagai perawat. Dia berhasil mendirikan sebuah rumah sakit lapangan besar di daerah Ein Tirma di Ghouta Timur yang disebut sebagai Rumah Sakit al-Hajja Ummu al-Thawar. Selain di rumah sakit, dia mendirikan beberapa titik medis di distrik Jobar. Ummu Yahya menjelaskan bahwa dia buru-buru membuat titik darurat medis setiap kali pejuang oposiis menyerbu sebuah kota atau daerah di Ghouta Timur. Dia menambahkan bahwa rezim berulang kali menargetkan titik-titik medis  tersebut dan dia kehilangan banyak anggota staf medisnya karena pemboman rezim.

Berbicara kepada Zaman al-Wasl, Ummu Yahya menegaskan bahwa pada bulan Juni 2016, pasukan rezim menargetkan salah satu titik medisnya di lingkungan Jobar yang menghancurkannya sepenuhnya.

Serangan tersebut menghancurkan titik medis dan ambulans serta membunuh staf medis dan orang-orang yang terluka yang datang untuk mendapatkan bantuan medis.

Dia menambahkan bahwa pasukan rezim terbiasa menarget sebuah wilayah, terutama titik-titik medis, dua kali untuk menimbulkan jumlah korban lebih banyak.

Ketika pasukan rezim mulai maju di daerah tersebut dan membunuh lebih banyak warga sipil, Ummu Yahya memutuskan untuk terjun langsung memanggul senjara dan bergabung dengan Brigade Haroon al-Rashid. Ummu Yahya, bersama beberapa wanita lain yang juga mantan tahanan, bertindak sebagai penyidik ​​dan berkontribusi untuk membeli senjata bagi para pejuang oposisi saat mereka membentuk Brigade Martir Yasin Mahanayet.

Menurut Ummu Yahya, pada saat inilah dia beralih untuk membentuk brigade bersenjata wanita bernama Pembebasan Ghouta Timur yang terdiri dari 50 wanita yang terlatih sebagai penembak jitu hingga menggunakan peluncur roket RPG. Semua anggota brigade ini dilatih untuk membawa senjata dan berperang.

Membahas gagasan di balik pembentukan brigade tersebut, Ummu Yahya menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah untuk membangunkan manusia dari masa tidur mereka dan membuktikan peran penting yang dimainkan wanita di Ghouta Timur, yang tidak kalah pentingnya dari peran pria. (st/ZAW)


latestnews

View Full Version