IDLIB, SURIAH (voa-islam.com) - Kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) di Suriah barat laut pada hari Senin (5/2/2018) melepaskan dua warga Kanada yang ditahan ke pihak berwenang Turki, laporan menyebutkan.
Jolly Bimbachi dan Sean Moore ditahan selama beberapa pekan oleh HTS, sebuah aliansi yang didominasi oleh mantan afiliasi Al-Qaidah.
Mereka telah menyeberang ke Suriah pada bulan Desember 2017 dari Libanon, tempat Bimbachi bertarung memperebutkan hak asuh untuk kedua putranya, dia mengatakan kepada AFP.
Suami Bimbachi dilaporkan membawa kedua putera mereka ke Libanon pada tahun 2015 dan tidak pernah kembali. Media Kanada menggambarkannya sebagai kasus penculikan anak internasional.
"Hal-hal berjalan di luar kendali, jadi saya memutuskan untuk melakukan rute ilegal dan membawa anak-anak saya melalui Suriah ke Turki, dan mudah-mudahan kedutaan Kanada di Turki akan membantu kita," kata Bimbachi.
"Itu tidak berjalan baik seperti yang saya rencanakan tapi saya datang ke Suriah pada tanggal 31 Desember dengan seorang teman saya, Sean Moore," katanya di persimpangan perbatasan Suriah Bab al-Hawa dengan Turki.
"Mereka akan membawa kita ke Turki, dan di Turki, kita akan menemui seseorang dari kedutaan besar Kanada."
Dia tidak menjelaskan keberadaan anak-anaknya.
Kanada mengkonfirmasi pembebasan pasangan tersebut.
"Kami merasa lega bahwa dua warga Kanada telah meninggalkan Suriah dengan selamat," kata juru bicara kementerian luar negeri Amy Mills kepada AFP.
Bassam Sahyouni, seorang tokoh berpangkat tinggi yang terlibat dalam transfer tersebut mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa mereka ditangkap di Suriah barat laut oleh HTS. Sahyouni mengatakan bahwa HTS kemudian memindahkan mereka ke otoritas sipil afiliasi mereka yang dikenal sebagai Pemerintah Keselamatan.
"Selama 20 hari, kami berkomunikasi dengan pemerintah Turki dan Kanada untuk menjamin keamanan kedua orang Kanada tersebut, dan menyerahkannya kepada pemerintah Kanada melalui orang-orang Turki," kata Sahyouni.
Dia bersikeras tidak ada uang yang dibayarkan untuk pembebasan mereka.
Pertarungan hak asuh anak internasional tidak jarang terjadi di Libanon.
Pada tahun 2016, seorang wanita Australia ditahan di Libanon karena diduga menculik dua anaknya dari ayah Libanon mereka dalam sebuah operasi yang difilmkan oleh seorang awak televisi Australia.