DAMASKUS, SURIAH (voa-islam.com) - Pejuang oposisi Suriah telah membunuh setidaknya 70 tentara pro-rezim yang berusaha merebut kembali daerah Ghouta yang diduduki oposisi dalam serangan darat.
Pasukan oposisi bentrok dengan pasukan pemerintah pada hari Ahad (25/2/2018) saat rezim Damaskus melanjutkan pemboman mematikan Ghouta Timur, situs berita al-Modon melaporkan.
Tujuh puluh pasukan rezim teroris Assad tewas dan dua lainnya ditangkap dalam pertempuran di sepanjang pinggiran kota yang dikuasai oposisi di ibukota Suriah, menurut laporan tersebut.
Pejuang oposisi yang terpojok juga telah membalas serangan rezim teroris Assad dengan menembaki kembali ke Damaskus, di mana enam warga sipil terluka pada hari Sabtu. Media pemerintah mengatakan sekitar 20 orang telah terbunuh di distrik timur ibukota tersebut sejak hari Ahad lalu.
Sementara itu, warga sipil yang tewas di Ghouta Timur akibat tujuh hari pengeboman hebat rezim teroris Suriah dan sekutunya Rusia telah mencapai lebih dari 500 orang.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Senin (26/2/2018) menuntut segera pelaksanaan gencatan senjata 30 hari.
Kepala PBB Antonio Guterres memuji penerapan resolusi Dewan Keamanan pada hari Sabtu yang menyerukan gencatan senjata namun menggarisbawahi "resolusi Dewan Keamanan hanya bermakna jika diterapkan secara efektif".
Pemboman baru-baru ini oleh rezim teroris Assad menewaskan setidaknya 10 warga sipil di Ghouta Timur pada hari Senin, termasuk sembilan anggota keluarga yang sama, kata kelompok pemantau Observer untuk Pengawasan Hak Asasi Manusia Suriah.
Serangan udara menghancurkan sebuah bangunan di Douma, kota utama di daerah Ghouta Timur di timur Damaskus, dan mengubur hidup-hidup seluruh keluarga, menurut Observatorium.
Observatorium tersebut mengatakan bahwa seorang anak meninggal dan setidaknya 13 orang lainnya mengalami kesulitan bernapas dalam serangan kimia yang diduga terjadi di Ghouta Timur pada hari Ahad
Damaskus, yang berulang kali menolak mengakui menggunakan senjata kimia, telah melakukan beberapa serangan gas klorin dalam beberapa pekan terakhir, termasuk dua di bulan Januari di Ghouta Timur. (st/TNA)