JAKARTA (voa-islam.com)- Masih tergolong tingginya angka putus sekolah anak menjadi pekerjaan rumah bangsa ini. Anak-anak di usia 16-18 tahun menjadi golongan terbesar dalam penyumbang angka Anak Putus Sekolah di Indonesia, dari sekitar 4,5 juta Angka Putus Sekolah, sekitar 2,4 juta anak usia 16-18 tahun putus sekolah.
Beragam alasan yang mengakibatkan masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia, salah satu masalah utamanya adalah Kemiskinan,” demikian perhatian Gerindra, kemarin.
Sehingga banyak anak-anak yang sudah beranjak dewasa antara 16-18 tahun lebih memilih bekerja membantu orang tua atau bahkan sudah menjadi tulang punggung keluarga demi kebutuhan ekonomi keluarga.
Jika permasalahan ini tidak segera dientaskan, kekhawatiran jebakan demografi pada tahun 2020 akan menjadi nyata. Melambungnya angka pengangguran, lantaran rendahnya kualitas dan kemampuan SDM Indonesia di mata dunia kerja.
“Sementara, kewajiban negara sudah tercantum dalam pembukaan UUD 1945, '....dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial....’"
Untuk mencapai tujuan hakiki tersebut, maka menurut Gerindra, setiap upaya pembangunan harus dilaksanakan secara komprehensif dan menyeluruh, serta bersamaan antara pembangunan ekonomi dengan pembangunan sosial (agama, pendidikan, kesehatan, budaya dan aspek sosial lainnya). Memang dalam perjalanan dan dinamika pembangunan suatu negara seringkali terjadi ketimpangan dan ketertinggalan satu sama lain, antara pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial.
“Pembangunan ekonomi seringkali menjadi yang selalu di prioritaskan dan difokuskan, baru diikuti oleh pembangunan sosial berikutnya,” demikian yang tertulis di akun Twitter resminya.
Bahkan, lanjut Gerindra, juga terjadi pembangunan sosial malah cenderung terabaikan karena seluruh sumber daya terkuras untuk pembangunan ekonomi. Kalau pada kasus saat ini contohnya adalah pembangunan infrastruktur.
Tetapi pembangunan sebagai cara atau proses atau moda untuk mencapai tujuan berbangsa dan bernegara harus didesain, diformulasikan, dan dilaksanakan secara utuh dari sisi ekonomi dan sisi sosialnya. Tantangannya adalah bagaimana melaksanakan dan menginternalisasikan pembangunan sosial berkualitas ini ke dalam pembangunan ekonomi nasional saat ini dan di masa mendatang.
“Pada masa kampanye lalu, Gerindra dan pak Prabowo sempat mengutarakan komitmennya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk mencetak "Generasi Emas".”
Komitmen tersebut antara lain:
- Menyediakan beasiswa bagi putra putri petani, nelayan, guru, dan buruh, untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang sarjana.
- Membenahi kurikulum Perguruan tinggi, Pendidikan Vokasi, dan Politeknik berbasis riset, inovatif, aplikatif, dan inkubasi yang terhubung dengan industri.
- Penguatan sistem Pendidikan Nasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif & berdaya saing global.
- Membangun perpustakaan dan taman-taman bacaan untuk mendorong gerakan literasi masyarakat.
- Mengembangkan dan meningkatkan kualitas sekolah-sekolah kejuruan dalam segala bidang keahlian teknis, melakukan revitalisasi balai-balai latihan kerja.
- Memberlakukan upah minimum untuk kategori guru swasta, PAUD, madrasah, dan yayasan.
- Meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan seperti pondok pesantren dan memberikan beasiswa bagi para santri untuk melanjutkan pendidikan baik di tingkat nasional maupun internasional.
- Mencegah terjadinya permasalahan gizi, termasuk stunting pada anak Indonesia dengan program gizi seimbang dan Gerakan EMAS (Emak-emak dan Anak Minum Susu).
- Menggandeng perusahaan swasta bermitra dgn BUMN untuk membuka program beasiswa & magang bagi lulusan perguruan tinggi & sekolah kejuruan.
- Membangun sistem pendidikan nasional yang mengedepankan pembentukan karakter bangsa dgn melaksanakan program pengembangan budi pekerti.
- Meningkatkan kesejahteraan dosen, peneliti, dan penyuluh, serta memberikan akses yang mudah bagi generasi muda yang ingin melanjutkan pendidikan dengan meningkatkan ketersediaan daya tampung perguruan tinggi, standarisasi kualitas, dan mempermudah akses masuk perguruan tinggi.
- Mendorong perguruan tinggi dalam pengembangan riset dan ilmu pengetahuan yang mendukung strategi pembangunan dan berkolaborasi dengan dunia usaha.
“Walaupun pada kenyataannya Gerindra dan Pak Prabowo tidak memenangkan pemilu. Semua komitmen tersebut akan coba kami wujudkan satu persatu lewat perjuangan di jalur parlemen bersama para anggota dewan kami, ataupun jalur lainnya yg sesuai dengan konstitusi.”
(Robi/voa-islam.com)