View Full Version
Rabu, 16 Feb 2011

Menjaga Ummat dari Kritenisasi di Merapi Dengan Pelatihan Tsaqifa

Klaten, 16/2/2011 – Gunung Merapi memang sudah tidak meletus lagi, yang ada hanya dampak dari letusan tersebut berupa lahar dingin yang terjadi pada waktu hujan deras turun disekitar lereng merapi. Akan tetapi hal tersebut tidaklah membuat para relawan muslim yang tergabung dalam TGRM (Team Gabungan relawan Muslim) untuk tidak bergerak lagi dalam memberikan kontribusinya bagi para pengungsi atau mantan pengungsi agar bisa hidup normal kembali seperti sediakala dan mencegah upaya-upaya misionaris untuk mengganggu aqidah umat islam dengan cara memurtadkan orang islam. Hal ini bukanlah menjadi rahasia umum lagi, sebab daerah bencana rawan sekali dengan upaya kristenisasi. Dalam musibah bencana merapi kali ini yang sangat nampak adalah di Kab. Klaten dan Magelang.

Kemarin, hari Selasa tanggal 15 Februari 2011 dari jam 08.00 sampai 12.00 WIB bertempat di SDN Pluneng Kec. Kebonarum Klaten, TGRM bekerjasama dengan KUA (Kantor Urusan Agama) Kec. Kebonarum beserta jajarannya mengadakan pelatihan membaca Al Qur’an dengan menggunakan metode TSAQIFA bagi para relawan, pemuda setempat yang berasal dari Kec. Kebonarum dan sekitarnya serta tokoh-tokoh masyarakat, sebagai bekal bagi mereka dalam menjaga aqidah umat. TGRM merupakan gabungan dari FAPB (Front Anti Pemurtadan Bekasi), KATIBAH (Komunitas Ansharut Tauhid Peduli Musibah), UKMI UNWIDHA Klaten, DSH Klaten, Pemuda Muhammdiyah Kec. Kebonarum dan tokoh-tokoh masyarakat sekitar

Acara dengan format Training Of Trainer ini diikuti ± 40 orang tersebut diampu langsung oleh Ust. Umar Taqwim S.Ag selaku pencetus metode TSAQIFA dari Magelang yang merupakan salah satu Kabupaten yang terkena letusan Merapi. Sebelum acara pelatihan dimulai, kepala KUA Kec. Kebonarum Bp. Safruddin M.Pd.I selaku fasilitator dari acara ini, menyampaikan apresiasinya yang sangat luar biasa kepada para relawan muslim yang sampai sekarang ini masih sangat peduli dengan para pengungsi dan mantan pengungsi dalam mendapingi aqidah mereka dari bahaya kristenisasi. Kemudian beliau menyampaikan bahwa dengan diadakannya acara ini bisa menjadi bekal bagi para penyuluh KUA dan tokoh masyarakat untuk membebaskan masyarakat dari buta huruf Al Qur’an.

Pembicara utama, Ustadz Umar menyampaikan 2 hal. Pertama, acara ini merupakan kegiatan yang luar biasa, sebab baru pertama kali ini beliau mengadakan pelatihan TSAQIFA diselenggarakan oleh instansi pemerintahan khususnya KUA. Menurutnya, hal ini menjadi pengalaman yang luar biasa dikarenakan sudah beberapa tahun yang lalu sejak metode ini muncul, belum pernah ditanggapi sedikitpun oleh pemerintahan. Bahkan, beliau pernah menawari pelatihan metode baca Al Qur’an ini kepada DEPAG Magelang yag merupakan tanah kelahirannya juga ditolak mentah-mentah.

Yang kedua Ustadz Umar menyampaikan bahwa upayanya dalam mencetuskan metode ini tidak lain adalah sebagai sarana amal sholih untuk membantu masyarakat agar terbebas dari buta huruf Al Qur’an, kemudian mempelajari Al Qur’an tersebut dan terakhir mau dan mampu mengamalkan isinya. Jadi metode ini bukanlah untuk “menggusur” metode pembelajaran Al Qur’an yang sudah ada. Akan tetapi metode ini muncul lebih kepada untuk “melengkapi” dari metode yang sudah ada.

Sementara Ustadz Wahyu Abdurrahman selaku Koordinator TGRM menyatakan bahwa acara ini merupakan kegiatan lanjutan dari program recovery yang dicanangkan TGRM yang bergerak di Kec. Kebonarum dan Kec. Kemalang yang mana 2 kecamatan tersebut merupakan daerah yang dulu dihuni oleh para pengungsi letusan gunung merapi. Dalam program lanjutan tersebut TGRM memang berkomitmen akan selaku mengawal para pengungsi agar bisa hidup normal kembali dengan cara memberikan pembinaan-pembinaan agama yang bekerjasama dengan fihak KUA dan Kecamatan setempat yang sangat mendukung kegiatan TGRM dan agar masyarakat terhindar dari upaya kristenisasi yang marak terjadi didaerah bencana atau musibah.

Beliau juga menambahkan, bahwa acara ini memang dikhususkan untuk para relawan atau orang-orang yang peduli dan mau berbagi waktu dan ilmunya dalam menjaga aqidah umat islam. Salah satu cara yang dilakukan ialah dengan memberikan bekal kepada mereka untuk mengajarkan kepada para mantan pengungsi yang berumur diatas 10 tahun cara bagaimana mengajarkan Al Qur’an di tengah kondisi psikologis para mantan pengungsi yang masih labil. Kemudian yang diharapkan dan dicita-citakan para relawan TGRM ialah agar masyarakat bisa dan mau mencintai Al Qur’an sebagai kitab sucinya. (Bekti Sejati)


latestnews

View Full Version