View Full Version
Kamis, 21 Jan 2010

Pengungsi Rohingya Terintimidasi di Bangladesh

Teknaf, Bangladesh (Voa-Islam.com) - Sudah jatuh tertimpa tangga, mungkin itulah gambaran yang cocok bagi pengungsi Muslim Rohingya yang ada di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh. Setelah terusir dari negerinya sendiri akibat kekejaman junta miiter Burma, kini mereka juga terintimidasi dan terancam terusir dari kamp pengungsian mereka disana.

Sejak Selasa (19/01) kemarin, pengungsi Muslim Rohingya menghadapi pembatasan gerak di wilayah perbatasan Bangladesh yang di lakukan oleh Komite Perlawanan Rohingya (RRC). RRC menyatakan akan menangkap orang-orang yang berada di kota dan di jalan, menurut seorang anggota LSM di Teknaf.

Muslim Rohingya, yang ingin pergi ke tempat kerja atau menarik becak, merasa sangat riskan setelah gerakan pembatasan hari ini (Selasa, Red) . Karena sebagian besar dari mereka adalah buruh harian yang tinggal di Teknaf dan di sepanjang daerah perbatasan, ia menambahkan.

Di sisi lain, pengungsi Muslim Rohingya dari kamp Nayapara yang berada di bawah naungan UNHCR di dilarang keluar oleh aparat sejak pagi dan tidak ada seorang pun yang diizinkan masuk ke kamp pengungsi, kata seorang pengungsi dari kamp tersebut.

..Jika orang-orang dan pihak berwenang Bangladesh mengusik dan memaksakan pembatasan pergerakan di daerah perbatasan, di mana kita akan tinggal dan pergi?. Kami tidak ingin tetap tinggal di Bangladesh, jika Burma menjadi stabil dan aman, maka kami akan kembali, tidak perlu untuk mendorong kita seperti ini..

Seorang pengungsi Muslim Rohingya  dari kamp Lada berkata, "Kami takut akan ditangkap oleh Pasukan paramiliter Bangladesh  (BDR), polisi dan masyarakat setempat. Kita tidak bisa pergi di luar kamp untuk bekerja. Kita sulit untuk memberi makan anggota keluarga kami. "

Seorang penarik becak dari Teknaf berkata, "Aku punya empat anggota keluarga. Setiap hari aku mendapatkan 100-150 Taka . Jika aku tidak bisa menarik becak selama sehari, aku dan anggota keluarga akan mengalami kesulitan makan karena semuanya mahal. "

"Jika orang-orang dan pihak berwenang Bangladesh mengusik dan memaksakan pembatasan pergerakan di daerah perbatasan, di mana kita akan tinggal dan pergi?. Kami tidak ingin tetap tinggal di Bangladesh, jika Burma menjadi stabil dan aman, maka kami akan kembali, tidak perlu untuk mendorong kita seperti ini, "tambahnya.

Demikian pula, pada 16 Januari, sekitar 34 orang Muslim Rohingya ditangkap di jalan raya Cox Bazaar Teknaf oleh polisi dari berbagai bis dan pos pemeriksaan yang berbeda ketika mereka akan pergi Cox Bazaar.

Hari Senin (18/01) lalu, Komite Perlawanan Rohingya (RRC) meminta politisi dan Pejabat Kota (UNO) bersikap tegas atas masalah pengungsi Muslim Rohingya di Ukhiya, distrik Cox Bazaar. RRC beralasan bahwa keberadaan pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh menciptakan banyak problem di wilayah tersebut dan juga membebani pemerintah. Mereka ingin pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah terhadap pengungsi Muslim Rohingya. Mereka mengancam Jika pemerintah tidak mengambil langkah, RRC akan bertindak dengan cara mereka sendiri. (kp)


latestnews

View Full Version