View Full Version
Rabu, 06 Jun 2012

Ribuan Muslim Myanmar Melakukan Protes Atas Pembantaian

Ribuan Muslim Myanmar melakuakn protes atas pembantaian terhadap warga Muslim Myanmar, Selasa. Mereka menuntut adanya keadilan atas sembilan  Muslim yang tewas oleh gerembolon pengikut Budha.

Demonstrasi berlangsung di masjid di pusat kota Yangon. Aksi itu berlangsung secara damai, dan diakhiri menjelang sore hari, aksi itu mendapatkan pengawalan polisi yang sangat ketat.

Beberapa demonstran memperlihatkan gambar mayat berlumuran darah yang dipukuli oleh pengikut Budha. Sembilan Muslim yang tewas di Taunggoke, bagian barat negara bagian Rakhine, ketika kemarahan meletus atas isu perkosaan dan pembunuhan melaporkan seorang wanita Buddhis, Minggu.

Para demonstran Muslim menuntut keadilan, beberapa diantara para demonstran berteriak, berikan "kebebasan beragama", dan pemerintah hendaknya  "membasmi terorisme", merujuk pada serangan pada bus yang penuh dengan Muslim, yang terjadi setelah selebaran dibagikan mendesak ganti rugi atas kematian wanita muda itu.
 
Aktivis hak asasi manusia dan beberapa warga Taunggoke mengatakan Muslim yang tewas adalah para penziarah ke Rakhine, dan tidak ada hubungannya dengan mereka yang  disalahkan, karena membunuh wanita itu, ujarnya, Minggu.

Protes jarang terjadi di Myanmar, di mana aksi-aksi demonstrasi  selalu ditindas para militer selama lima dekade, baru berakhir 15 bulan yang lalu ketika sebuah, reformasi sipil berlangsung.

Kolonel Polsi Thet Lwin, berusaha menangani aksi protes itu, dan menjaga agar aksi protes itu tidakk meluas, dan menimulkan di seluruh Myanmar.

"Timbulnya masalah antara Muslim dan Budha itu, tidak adanya hubungannya dengan masalah agama. Semua warga negara memiliki hak sama", tukasnya.

Burma Muslim Association mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa delapan dari korban, adalah mereka yang melakukan perjalanan menuju ke Yangon setelah menghadiri perayaan hari besar Ilsam di masjid, dan  ketika mereka diserang oleh sekelompok pengikut Budha dengan pisau dan senjata tajam lainnya, ungkapnya.

"Para penduduk Rakhine mengancam umat Islam, termasuk  dari kota-kota lain di negara bagian Rakhine," katanya.

Ko Mya Aye, seorang Muslim yang dipenjara karena terlibat dalam pemberontakan 1988 pro-demokrasi mahasiswa menentang junta militer kemudian, mendesak para demonstran  membubarkan diri untuk menghindari konfrontasi. (af)


latestnews

View Full Version