View Full Version
Jum'at, 15 Sep 2017

Warga Filipina Berdemo Desak Penarikan Pasukan AS dari Negara Itu

MANILA, FILIPINA (voa-islam.com) - Polisi di Filipina bentrok dengan pemrotes saat demonstrasi anti-AS di dekat Kedutaan Besar Amerika di ibu kota, Manila.

Para pemrotes anti-AS menyerukan diakhirinya kehadiran militer AS di negara mereka dalam unjuk rasa pada hari Jumat (15/9/2017).

Para pemrotes menuduh AS mensponsori terorisme negara dan mengecam intervensi militer Washington di Mindanao, di Filipina selatan, di mana pasukan AS dilaporkan membantu operasi militer pemerintah melawan para pejuang yang didominasi afiliasi Islamic State (IS).

Para pemrotes Muslim dalam demonstrasi tersebut mengadakan shalat berjamaah.

Para pemrotes, yang membakar patung Presiden AS Donald Trump dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte, meminta penarikan segera pasukan AS dari negara tersebut.

Para pemrotes bergerak ke Kedutaan Besar AS untuk memperingati pemungutan suara Senat Filipina pada tahun 1991 untuk mengakhiri kehadiran militer AS di negara tersebut.

'The Magnificent 12'

AS menandatangani Perjanjian Basis Militer dengan Filipina pada tahun 1947, yang memungkinkan AS untuk mendirikan dan mengoperasikan pangkalan udara dan laut selama 99 tahun.

Pada tanggal 16 September 1991, 12 senator memimpin usaha untuk mengakhiri kehadiran militer AS di Filipina.

Saat itu, Pangkalan Angkatan Laut AS Subic Bay, yang dikenal sebagai pangkalan angkatan laut militer terbesar di Asia, merupakan salah satu basis strategis untuk AS, menampung lebih dari 7.000 prajurit Amerika dan pekerja sipil. Instalasi militer AS lainnya di Filipina pada tahun 1991 adalah Clark Air Base di Pampanga - sebelumnya dikenal sebagai Benteng Stotsenberg - dan Camp John Hay di Baguio City.

Dengan pemungutan suara 12-11, kehadiran militer AS ditolak di Senat dalam sebuah pemungutan suara yang dipimpin oleh 12 senator, yang kemudian disebut oleh media tersebut "Magnificent 12."

Pada tanggal 21 Desember 1992, Perjanjian Pangkalan Militer 1947 diakhiri dan pangkalan AS diserahkan ke pemerintah Filipina.

Bagaimanapun, pasukan AS tetap diizinkan melakukan rotasi di pangkalan militer Filipina setelah itu. (st/ptv)


latestnews

View Full Version