View Full Version
Sabtu, 27 Mar 2021

Mantan Penerjemah Militer AS Mengaku Bersalah Menjadi Mata-mata Syi'ah Hizbulata Libanon

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Seorang mantan penerjemah militer AS hari Jum'at (26/3/2021) mengaku bersalah karena membocorkan informasi rahasia kepada seorang warga Libanon yang diduga memiliki hubungan dengan milisi Syi'ah Hizbulata Libanon, lapor Voice of America.

Mariam Taha Thompson, 63, yang bekerja sebagai ahli bahasa kontrak untuk militer AS dari 2006 hingga 2020, mengaku bersalah atas satu dakwaan penyampaian informasi pertahanan nasional untuk membantu pemerintah asing.

Dia menghadapi hukuman maksimum seumur hidup di penjara. Hukumannya dijadwalkan pada 23 Juni.

Thompson, yang lahir di Lebanon dan menjadi warga negara AS pada 1993, ditangkap pada Februari 2020 di pangkalan operasi khusus AS di Erbil, Irak.

Jaksa penuntut mengatakan dia menggunakan izin rahasianya untuk memberikan nama-nama aset intelijen AS kepada warga negara Libanon di mana dia memiliki minat romantis dan yang dia yakini akan berbagi informasi dengan Hizbulata, lapor VOA.

Syi'ah Hizbulata ditetapkan sebagai organisasi teroris asing pada tahun 1997.

Menurut dokumen pengadilan, warga Libanon yang tidak disebutkan namanya, yang digambarkan sebagai "kaya dan memiliki hubungan baik," mengaku telah menerima cincin dari pemimpin Syi'ah Hizbulata Hassan Nasralat dan memiliki keponakan yang bekerja di Kementerian Dalam Negeri Libanon.

Setelah serangan udara AS menewaskan komandan Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Iran Qassem Soleimani pada Desember 2019, warga Libanon itu, rekan konspiratornya yang belum didakwa, meminta Thompson untuk memberikan informasi kepada Hizbulata tentang aset manusia yang telah membantu AS menargetkan Soleimani, menurut jaksa.

Selama periode enam minggu sebelum penangkapannya pada Februari 2020, Thompson memberikan identitas warga Libanon setidaknya 10 aset manusia klandestin; setidaknya 20 target AS; dan berbagai taktik, teknik dan prosedur, menurut Departemen Kehakiman.

“Thompson membahayakan nyawa anggota militer AS serta individu lain yang mendukung Amerika Serikat di zona pertempuran ketika dia memberikan informasi rahasia kepada seseorang yang dia tahu terkait dengan Hizbullah (baca; Hizbulata) Libanon, sebuah organisasi teroris asing yang bermaksud menggunakan informasi tersebut menyakiti negara ini, "kata Asisten Jaksa Agung John C. Demers dalam sebuah pernyataan. (AA)


latestnews

View Full Version