SENTUL – BOGOR (voa-islam.com) – Bersamaan dengan Munas FPI ke III, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI)juga menggelar Kongres Mujahidin IV di Masjid Az-Zikra, Sentul, Bogor, sejak Jum’at (23 Agustus 2013) dan berakhir Ahad (25/8) kemarin.
Hadir sejumlah ulama, pimpinan ormas Islam, para tokoh lintas agama dan partai politik, serta kalangan intelektual muslim. Diantaranya adalah Ustadz Muhammad Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Zikir Az-Zikra), KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi’I, KH. Ahmad Cholil Ridwan, Habib Muhammad Rizieq Shihab, Tuty Alawiyah, Ahmad Mansur Suryanegara, DR.H. Syamsul Hidayat, MA, Huzaimah T Yanggo, Aidul Fitriciada Azhari, dan para tokoh lainnya.
Kongres Mujahidin IV yang bertema “Seabad Perjuangan Indonesia Bersyari’ah” (sejak tahun 1334-1434 H) ini memiliki beberapa agenda penting, yakni: Tabligh Pembukaan Kongres, Temu Nasional Rakyat Indonesia Cinta Syari’ah dan Dialog Nasional Lintas Agama, Ormas dan Orpol. Diharapkan melalui kongres ini MMI dapat menegaskan kembali komitmen rakyat, ulama, dan pemimpin negara untuk memperbaiki Indonesia menuju masyarakat yang adil makmur dan sejahtera.
Dalam sambutannya, Ketua Panitia Kongres Mujahidin IV, Arfan M Alwy, mengatakan, berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya, pada Kongres kali ini, kami sengaja mengagendakan dua event yang dinilai penting, yakni Temu Nasional, Rakyat Indonesia Cinta Syari’ah, dalam rangka mengingatkan kembali akan jasa dan juang ormas Islam untuk syari’at Islam dan kemerdekaan Indonesia.
“Seluruh umat Islam yang tergabung dalam berbagai jama’ah, ormas, atau komunitas lainnya, yang bercita-cita menegakkan hukum Allah dalam lembaga negara ini, hakikatnya mereka adalah juga para Mujahidin. Dalam kongres ini, kami mengajak seluruh elemen umat Islam, bersatupadu mengisi kemerdekaan dan membengun negeri ini dengan lebih jujur, tanpa mengabaikan prinsip-prinsip yang sudah diajarkan Allah dan Rasul-Nya,” ujar Arfan.
Dalam Kongres ke-4 ini, MMI tidak hanya mengundang masyarakat Muslim cinta syariah. Tetapi juga mengajak segala komponen masyarakat, lintas agama, ideologi, parpol, bahlan lintas etnis untuk hadir dalam acara Dialog Nasional. Ajakan ini dilatarbelakangi oleh permusuhan non muslim, sekuler, liberal dan nasionalis terhadap solusi Islam yang diajukan oleh umat Islam terhadap problem bangsa ini. Begitupun kecurigaan terhadap Islam, yang diposisikan sebagai anti minoritas, radikal dan intoleran.
Sementara itu dikatakan Ketua Lajnah Tanfidziyah, Ustadz Irfan S Awwas, sejak berdirinya MMI, tanggal 7 Agustus 2000, telah banyak ikhtiar yang dilakukan, menurut kemampuan masing-masing, baik di Pusat maupun perwakilan MMI di daera (LPW, LPD) untuk mensosialisasikan penegekan syari’at Islam di lembaga negara, pengembangan pemikiran serta paradigm perjuangan yang konsisten, berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
“Diakui ikhtiar kami dalam menegakkan syariat Islam di negeri ini belum mencapai hasil yang maksimal, sehingga ke depan diperlukan semangat jihad yang lebih agresif dan komitmen yang lebih jelas, kuat dan tegas,” jelas Irfan. [desastian]