DEPOK (voa-islam.com)--Menjelang Musyawarah Nasional V Hidayatullah yang digelar secara virtual pada akhir Oktober mendatang, Hidayatullah menggelar berbagai acara pra Munas. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain sejumlah webinar dengan berbagai tema, pembicara, dan waktu berbeda; Pernikahan Mubarak 20 Pasang Santri; Tabligh Akbar Muslimat Hidayatullah; Sharing Kepengasuhan; Seminar Parenting Nasional, dan lain sebagainya.
Sebelumnya Hidayatullah lewat Islamic Medical Service (IMS) juga menggelar acara Pembinaan dan Pendampingan Para Sahabat Tobat (SOBAT) di Bogor, Jawa Barat, dengan penerapan protokol kesehatan, awal bulan ini.
Humas Panitia Munas V(irtual) Hidayatullah dalam keterangan kepada wartawan, Rabu (16/09/2020), menjelaskan, hingga saat ini, panitia terus melakukan berbagai persiapan untuk mensukseskan Munas tersebut.
Dijelaskan, webinar perdana pra Munas V(irtual) Hidayatullah digelar pada Sabtu (12/09/2020) sore, dengan tema “Perlukah Milenial Muslim Berorganisasi? Format Organisasi Kepemudaan Muslim yang Lebih Friendly".
Webinar ini diisi oleh dua pemateri, yaitu Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi M.Pd.I, yang juga penulis berbagai buku motivasi kepemudaan dan Ketua Umum Pemuda Dewan Masjid Indonesia (DMI), Drg Muh. Arief Rosyid, M.KM.
Arief merupakan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) periode 2013 – 2015. Ia dikenal sebagai dokter yang hijrah menjadi aktivis yang peduli pembangunan SDM muda.
Webinar ini dilangsungkan melalui zoom, dipandu host Suhardi Sukiman, mantan Ketua Umum Pemuda Hidayatullah yang kini Ketua Persaudaraan Dai Indonesia (Posdai) DKI Jakarta. Webinar tersebut disiarkan secara live streaming melalui kanal Youtube Hidayatullah.id.
Sementara itu, acara Walimatul ‘Urs Pernikahan Mubarakah 20 Pasang Santri digelar di Masjid Ar-Riyadh, Kampus Ummul Quro Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, Ahad (13/09/2020) pagi.
Pada acara ini, panitia menerapkan protokol kesehatan dalam upaya turut mencegah penyebaran Covid-19. Panitia antara lain melakukan pembatasan jumlah tamu, pembatasan jarak antara pengantin, termasuk pemisahan antara pengantin putra dan putri serta para tamu masing-masing. Para pengantin, panitia, dan tamu undangan pun menggunakan masker.
Menariknya, proses akad para pengantin dilakukan secara bergelombang dengan tempat dan waktu berbeda-beda.
Penyampaian Materi Webinar
Dalam penyampaiannya, Ketua Umum Pemuda Hidayatullah, Imam Nawawi mengatakan, dengan banyaknya persoalan yang dihadapi bangsa saat ini seperti kemiskinan, putus sekolah, pandemi, sesungguhnya tidak akan bisa dilakukan sendiri-sendiri.
Menurutnya dibutuhkannya upaya bersama terutama dari kaum milenial untuk bergerak dalam satu roda.
"Banyak tantangan dan persoalan bangsa yang setiap hari muncul. Tentunya dibutuhkan upaya bersama untuk menyelesaikan persoalan ini," ucap penulis buku Sabar Membawa Nikmat, Mengangkat Derajat ini sebagaimana siaran pers panitia Munas V(irtual) Hidayatullah kepada media, Rabu (16/09/2020).
Imam menjelaskan, jikalau melihat perkembangan zaman teknologi untuk saat ini, sesungguhnya manusia bisa saja bersantai-santai dan tidak lagi banyak melakukan aktivitas. Misalnya, memesan makanan bisa secara daring, belajar jarak jauh, dan sebagainya.
Namun, Imam mengatakan, sesungguhnya kehidupan itu bukan sebatas memenuhi kebutuhan pribadi saja, banyak hal yang mestinya bisa dilakukan bersama.
"Tentunya sebagai manusia, kita tidak dapat melakukan apa saja secara sendiri secara terus menerus, karena hal tersebut sebagai konsekuensi menjadi manusia. Akan banyak hal yang bisa dilakukan jika kita bersama-sama," jelasnya.
Hal tersebutlah yang menjadikan alasan mengapa organisasi sangat penting terlebih lagi di kalangan milenial. Imam menjelaskan bagaimana sesungguhnya sistem organisasi seperti layaknya tubuh manusia.
"Organisasi itu layakanya tubuh manusia. Yang terbagi menjadi beberapa bagian dengan fungsi dan kelebihannya masing-masing. Sesungguhnya kita akan merasakan kemanafatan yang sangat besar jika setiap fungsi itu berjalan dengan baik," terang Imam.
Imam juga mengatakan, sesungguhnya organisasi juga harus memberikan manfaat yang besar kepada masyarakat. "Organisasi harus benar-benar menampakkan jati dirinya. Tidak boleh sekadar nama saja. Sehingga upaya menebarkan manfaat dapat berjalan dengan baik," ujarnya.
Ia juga mengatakan, generasi milenial sesungguhnya harus mampu berpikir jauh ke depan atas apa yang akan terjadi dan juga berpikir kritis. “Sehingga persoalan-persoalan yang akan dan sedang dihadapi bangsa dapat segera teratasi," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Pemuda DMI Arief Rosyid, mengatakan, umat Islam di Indonesia mempunyai pekerjaan rumah yang amat besar terkait perkembangan okonomi Islam.
Menurutnya, pandemi Covid-19 merupakan suatu kesempatan besar untuk membuktikan bahwa Islam merupakan sebuah solusi, terkhusus di bidang ekonomi.
“Tentunya kita mempunyai PR bagaimana agar ekonomi Islam dapat secepetnya bangkit. Pandemi kali ini merupakan sebuah kesempatan besar untuk membuktikan bahwa ekonomi Islam merupakan sebuah solusi,” ujar Arief.
“Dalam suatu krisis, keadaan biasanya dapat berbalik 180 derajat. Maka jika kita seringkali mengeluh akan ekonomi Islam yang lesu, mungkin inilah saat kebangkitanya,” jelasnya.
Arief juga mengapresiasi Hidayatullah yang secara konsisten memerhatikan dan berusaha menumbuhkan ekonomi umat.
“Sebuah apresiasi yang sangat besar kepada Hidayatullah, karena secara istiqamah memerhatikan tumbuhnya ekonomi Islam di Indonesia,” ucapnya.
Dengan banyaknya organisasi Islam, terkhusus kepemudaan Islam, Arief berpendapat bahwa membangun kebangkitan ekonomi Islam tidak bisa dibebankan kepada satu organisasi saja. Dibutuhkan upaya bersama-sama sehingga apa yang diharapkan dapat segera tercapai.
Ia berharap berbagai perbedaan seperti pandangan politik dan lain sebagainya bukan menjadi persoalan untuk bersatu.
“Dengan banyaknya pemuda organisasi Islam, tentunya suatu kesyukuran. Karena upaya mendorong kebangkitan ekonomi umat dapat segera tercapai. Tentunya ini merupakan tanggung jawab bersama. Jika hanya masalah perbedaan pandangan politik, tentunya itu jangan jadi penghalang,” pungkas Arief.
Selama pra Munas, Hidayatullah akan menggelar webinar-webinar selanjutnya dengan pemateri beragam, mulai tokoh nasional hingga tokoh agama. Munas V Hidayatullah akan digelar secara virtual pada 29-31 Oktober 2020.
Pernikahan dengan Protokol Kesehatan
Sedangkan Ketua Panitia Pernikahan Mubarak di Balikpapan, Ustadz Naspi Arsyad, Lc menjelaskan, pernikahan ini adalah sebuah penajaman dari warisan nilai dan kepedulian terhadap Indonesia lewat dakwah.
"Pekerjaan keummatan seperti Pernikahan Mubarak ini adalah warisan nilai dan kepedulian terhadap kader dakwah dari Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said rahimahullah," ungkapnya sebagaimana siaran pers panitia Munas V(irtual) Hidayatullah kepada media, Rabu (16/09/2020).
Salah seorang pengantin, M. Khuluqun Azhim asal Samarinda mendapatkan pasangan, Farhah Nur Azkiah dari Tangerang Selatan. Azhim menyebutkan, Pernikahan Mubarak adalah langkah awal untuk menjadi generasi bangsa yang siap totalitas dalam dakwah.
"Saya mengikuti Pernikahan Mubarak ini dalam upaya menjaga semangat diri untuk terus bisa bermanfaat bagi umat," ucapnya.
Pernikahan Mubarak merupakan agenda yang terus dilangsungkan oleh Pesantren Hidayatullah, bahkan kini tidak saja di Ummul Quro Gunung Tembak tapi juga mulai rutin digelar di berbagai kampus Hidayatullah, seperti Makassar, Surabaya, Depok, Batam, dan beberapa daerah lainnya.
Peserta Pernikahan Mubarok terbesar pernah diikuti oleh 100 pasang santri yang kala itu sempat dihadiri oleh mendiang Presiden RI ketiga, Prof. Dr. BJ. Habibie.
Pada masa pandemi Covid-19 saat ini, pernikahan massal tersebut digelar dengan menerapkan protokol kesehatan. Saat di pelaminan, misalnya, para pengantin diatur tempat duduknya dengan berjarak.
Dalam acara yang disiarkan live streaming di kanal Youtube LPPH Gunung Tembak itu, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan Ustadz Hamzah Akbar menilai bahwa menggelar pernikahan di tengah pandemi tersebut merupakan tantangan tersendiri. Ia menilai, menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi merupakan kebaikan yang mesti dipatuhi. Sementara menikahkan para pemuda-pemudi bangsa juga suatu kebaikan.* [Ril/voa-islam.com]