YOGYAKARTA (voa-islam.com) —Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengucapkan selamat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H.
Ia berharap segenap muslim yang bersungguh-sungguh menjalankan rangkaian ibadah puasa selama sebulan penuh menjadi insan yang bertakwa dan meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat dalam ridha Allah Swt.
“Mohon maaf atas segala khilaf di Hari Raya yang sarat makna bagi semua. Taqabbala-Llahu minna wa minkum. Semoga puasa serta ibadah Ramadan dan Idul Fiitri bagi setiap muslim yang menjalankannya diterima di sisi Allah Swt,” tutur Haedar.
Jadikan Ramadan dan Idul Fitri sebagai jalan baru keruhanian. Semakin meningkatkan iman dan takwa kepada Allah, memancarkan kesalehan dalam kehidupan sehari-hari, menampilkan keteladanan diri dalam perilaku dan pengamalan keagamaan yang mendamaikan, menyatukan, mencerdaskan, memajukan, mencerahkan, dan kebajikan utama rahmat segenap alam.
Selama sebulan penuh ditempa agar mengontrol segala sisi nafsu. Di hari Idul Fitri ini seyogianya perbedaan dalam praktek ibadah makin memperkaya toleransi atau tasamuh yang tulus dengan mengedepankan ukhuwah seluruh umah, serta terbebas dari ananiyah hizbiyah (egoisme kelompok) yang dapat mengoyak rumah keragaman miliki bersama.
Haedar mengimbau kepada para pemimpin negeri dan tokoh umat agar tidak henti menebarkan mozaik ilmu dan hikmah yang tinggi dalam mengayomi segenap umat dan warga bangsa dengan sikap adil, ihsan, dan teladan. Hindari sikap berat sebelah, menebar resah dan pecah belah, agar kehidupan bersama semakin cerah bertabur berkah dan terhindar dari musibah.
“Dengan kerendahan hati kami mengajak, marilah kita gerakan kearifan hidup bersama sebagai ruhani kita berbangsa. Indonesia dengan segala keragamana agama, suku, ras, golongan, dan kekayaan alam niscaya kita rawat disertai nilai luhur yang utama,” ucap Haedar.
Bersatu dalam kebhinekaan dan berbhineka dalam kesatuan akan menjadikan Indonesia utuh dan maju. Sebaliknya, berpecah dan menebar masalah hanya akan menjadi sumber fitnah dan musibah di tubuh bangsa tercinta. Karenanya, segenap warga bangsa seharusnya belajar memberi dan menerima, menghilangkan kemudaratan dan mendatangkan kemaslahatan, menahan dengki dan merekat kasih persaudaraan, membuang egoisme pribadi dan merawat keluhuran etika.
“Dia (Allah) memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat,” tutur Haedar mengutip QS. Al Baqarah ayat 269.