Oleh: Ustaz Bachtiar Nasir
BENCANA terbesar dalam hidup bermula disebabkan tidak merasa cukup bersama Allah Subhanahu wa ta’ala.
Awal dari semua ketangguhan dan martabat kehormatan adalah merasa cukup bersama Allah Subhanahu wa ta’ala.
Perjalanan menuju perjumpaan dengan Allah dan mengajak manusia kepada Allah tidak sepi dari berbagai tantangan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَإِن تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ [التوبة : 129]
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), katakanlah (Nabi Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal dan Dia adalah Tuhan pemilik ‘Arasy (singgasana) yang agung.” (at-Taubah : 129)
Jika kebaikan berbalas keburukan, jika kasih sayang berbalas kekerasan, dan dakwah kepada Allah mendapatkan penolakan keras maka ucapkanlah.
Terutama bagi para pejuang dakwah, agar menghafalnya dan mentadabburi ayat tersebut agar semakin kokoh dalam menghadapi ujian dalam dakwahnya dan bisa melindunginya dari hal-hal yang membahayakannya; baik dari sisi dunia maupun akhirat.
Rasulullah Shallallahu `alaihi wa sallam dengan semua kesempurnaan perangkat dakwahnya tak luput dari berbagai ujian dan cobaan.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ [التوبة : 128]
Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan penyayang terhadap orang-orang mukmin. (at-Taubah : 129)
Al-Firuzabadi (wafat 827 H) dalam kitab Sifrus Sa‘adah menjelaskan bahwa banyak kalimat-kalimat ruqyah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, di antaranya adalah
Dalam hadits disebutkan:
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَضَى بَيْنَ رَجُلَيْنِ فَقَالَ الْمَقْضِيُّ عَلَيْهِ لَمَّا أَدْبَرَ: حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رُدُّوا عَلَيَّ الرَّجُلَ، فَقَالَ : مَا قُلْتَ؟ قَالَ : قُلْتُ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ يَلُومُ عَلَى الْعَجْزِ وَلَكِنْ عَلَيْكَ بِالْكَيْسِ، فَإِذَا غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
Dari Saif dari ‘Auf bin Malik, ia bercerita kepada mereka bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam memutuskan perkara antara dua orang, orang yang diputuskan kalah berkata saat beranjak, “Hasbiyallaahh wa ni’mal wakil (Cukuplah Allah bagiku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung).” Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Bawa kemari orang itu.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang kau ucapkan?” orang itu menjawab, “Hasbiyallaahh wa ni’mal wakil.” Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mencela kelamahan tapi hendaklah kamu bersikap cerdas, bila sesuatu mengalahkanku, ucapkanlah : “hasbiyallaahh wa ni’mal wakil.” (HR Ahmad)
تحصَّنتُ بالذي لا إلهَ إلّا هو إلهي وإلهُ كلِّ شيءٍ
واعتصمتُ بربِّي وبربِّ كلِّ شيءٍ
وتوكلتُ على الحيِّ الذي لا يموتُ
واستدفعتُ الشرَّ بلا حولَ ولا قوةَ إلّا باللهِ،
وتوكلتُ على الحيِّ الذي لا يموتُ
واستدفعتُ الشرَّ بلا حولَ ولا قوةَ إلّا باللهِ،
“Aku memohon perlindungan dari keburukan dengan laa haula wa laa quwwata illah billah (Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung).”
حسبيَ اللهُ ونعمَ الوكيلُ،
“Cukuplah Allah bagiku dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
حسبيَ الربُّ من العبادِ،
“Cukuplah Rabb bagiku dari hamba-hamba-Nya.”
حسبيَ الخالقُ من المخلوقِ،
“Cukuplah Allah Maha Pencipta bagiku dari makhluk-Nya.”
حسبيَ الرزاقُ من المرزوقِ،
“Cukuplah Allah Maha pemberi rezeki bagiku dari orang yang diberi rezeki oleh-Nya.”
حسبيَ الذي هو حسبي،
“Cukuplah Allah bagiku yang Ia menjadi kecukupanku.”
حسبيَ الذي بيدهِ ملكوتُ كلِّ شيءٍ، وهو يجيرُ ولا يجارُ عليه،
“Cukuplah Allah bagiku yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu, sedangkan Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab-Nya).”
حسبيَ اللهُ وكفى، سمِع اللهُ لمن دعا، ليس وراءَ اللهِ مَرمى،
“Cukuplah Allah bagiku dan dia telah memberikan kecukupan, mengabulkan hambanya yang berdoa kepada-Nya, yang tiada selain Allah yang menjadi tujuan.”
حسبيَ اللهُ لا إلهَ إلّا هو عليه توكلتُ وهو ربُّ العرشِ العظيمِ
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ قُلْ أَفَرَأَيْتُم مَّا تَدْعُونَ مِن دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ ۚ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ ۖ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ [الزمر : 38]
Sungguh, jika engkau (Nabi Muhammad) bertanya kepada mereka (kaum musyrik Makkah) siapa yang menciptakan langit dan bumi, niscaya mereka menjawab, “Allah.” Katakanlah, “Kalau begitu, tahukah kamu tentang apa yang kamu sembah selain Allah jika Allah hendak mendatangkan bencana kepadaku, apakah mereka (sesembahan itu) mampu menghilangkan bencana itu atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat mencegah rahmat-Nya?” Katakanlah, “Cukuplah Allah (sebagai pelindung) bagiku. Hanya kepada-Nya orang-orang yang bertawakal berserah diri.” (az-Zumar : 38).*
Jumat, 3 Juni 2022