View Full Version
Rabu, 05 Jul 2017

Jangan Musuhi Presiden, dan Jangan pula Kembali Memilihnya

JAKARTA (voa-islam.com)- Macam-macam warna rakyat merespon ketidaksukaannya kepada kepala negara, termasuk di Indonesia. Ada yang reaktif/represif dan ada yang memilih jalan persuasif untuk meresponnya.

Kendati demikian, menurut Haikal Hasan, yang juga merupakan pengurus GNPF-MUI menyatakan bahwa tidak benar apabila seorang kepala negara itu dianggap musuh oleh rakyatnya apapun alasannya. Dan itupun bukan berarti rakyat kembali memilihnya kembali setelah mengetahui perbuatan kepala negara.

“Begini sikap kami: Memperlakukan presiden sebagai musuh adalah ketololan. Tetaplah santun, hormati, jaga wibawanya. Pilih lagi? Oh, tidak! Silahkan pelajari lagi Qur’an Surat. An-Naziat: 15-26 atau Al-A’raf: 164 atau Thaha: 44 dan ratusan hadits soal ini. Ini metoda dakwah alternative.

Mengutip uztadz Tengku, ‘Orang baik tidak memerlukan apapun untuk menunjukkan kebaikannya, waktu yang akan menentukannya,” tulis Haikal Hasan, di akun Twitter pribadi miliknya, beberapa waktu lalu.

Pandangan atau pendapat ini ia utarakan sebab adanya beberapa oknum yang nampaknya tidak menyukai GNPF-MUI bertemu Joko Widodo di istana saat Idul Fitri lalu. “Ada lagi sebagian orang membuat tulisan di medsos dengan kontraproduktif dan menyayangkan pertemuan itu. Ada lagi sebagian orang yang gagal paham bahwa pertemuan itu dianggap melunak, kalah skor, masuk angina. Mau mubahalah? Hayu!”

Menurut Haikal masih ada jalan lain, yaitu kedamaian. Jangan pernah meras ‘paling’ apabila dalam menyelesaikan sesuatu atau sebuah masalah yang ada.

“Sudahilah, bersatulah, tabayunlah, duduklah bersama, candalah bersama, itu sejuk dan nikmat. Kecuali malu dan bersalah, akan menjauh. Merasa lebih baik, lebih tegas, lebih benar, lebih taat, lebih hebat, lebih berani, lebih taat akan membuat kerdil dan mengecil.”  (Robi/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version